Makna Persembahan dalam Misa
Ketika kita mengikuti Misa, setelah mendengar homili dengan saksama dan mengucapkan Kredo dengan penuh sikap hormat, dan bersama-sama mendoakan Doa Umat. Maka imam melanjutkan perayaan dari Liturgi Sabda ke Liturgi Ekaristi. Pada bagian Liturgi Ekaristi ini dimulai dengan Persiapan Persembahan. Pada bagian ini seolah-olah menjadi semacam rehat setelah berdiri dalam sikap doa. Mungkin juga kita tidak terlalu memperhatikan pada bagian ini dan sibuk mempersiapkan uang persembahan kita. Nah, setiap bagian dalam Misa tentu saja memiliki makna, maka apa makna dari Persembahan yang sering kali kita jarang perhatikan tersebut.
Persiapan Persembahan dilakukan dengan membawa bahan persembahan ke altar. Biasanya umat yang membawa roti dan anggur yang akan diterima oleh imam atau daikon dan kemudian diletakkan di atas altar. Meskipun terkadang bahan persembahan ini sudah disiapkan di meja samping karena alasan tertentu. Adapun penggunaan roti dan anggur ini pula adalah bahan-bahan yang sama dengan yang digunakan Kristus, yang nantinya akan menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Setelah perarakan persembahan, petugas persembahan mulai mengumpulkan persembahan umat, yang pada saat ini persembahan umat berupa uang atau bahan persembahan lain untuk orang miskin atau untuk Gereja, yang diantar oleh umat beriman atau yang dikumpulkan di dalam gereja (bdk. PUMR 72-73).
Makna Persiapan Persembahan itu tentunya mempersiapkan persembahan. Lantas tujuan persembahan itu apa? Tujuannya bisa kita temukan dalam Doa Syukur Agung sebagaimana PUMR menjelaskan demikian:
Dalam perayaan-kenangan ini, Gereja, terutama Gereja yang sekarang sedang berkumpul, mempersembahkan kurban murni kepada Allah Bapa dalam Roh Kudus. Maksud Gereja ialah, supaya dalam mempersembahkan kurban murni ini umat beriman belajar juga mempersembahkan diri sendiri.89 Maka melalui Kristus, Sang pengantara, dari hari ke hari umat beriman akan semakin sempurna bersatu dengan Allah dan dengan sesama umat, hingga akhirnya Allah menjadi segala-galanya dalam semua (PUMR 79 poin f)
John Bergsma dalam bukunya “Bible Basics for Catholics: A New Picture of Salvation History” menjelaskan dengan indah tentang makna persembahan sebagaimana telah disebutkan dalam PUMR itu. Beliau menjelaskan bahwa imamat kudus (bdk. KGK 1268) mengalir dalam diri kita dari status kita sebagai anak-anak Allah. Dan seorang imam mempersembahkan persembahan kepada Allah. Persembahan setiap orang Kristen adalah hidup kita sendiri. Sebagaimana St. Paulus tuliskan kepada umat Kristen di Roma, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma 12:1).” St. Paulus mengartikan kata “tubuhmu” bukan sebagai tubuh secara fisik melainkan seluruh hidup kita.
Persembahan diri kita secara imamat ini yang adalah persembahan hidup kita, yang dilakukan dalam setiap Misa, ketika beberapa umat awam membawa “persembahan” dalam rupa roti dan anggur untuk diberkati oleh imam supaya menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Roti dan anggur yang belum diberkati melambangkan seluruh hidup kita sebagai umat awam atau tepatnya para imam umum (mengacu pada tugas kita sebagai imamat umum). Kemudian imam pelayanan (para imam tertahbis yang menjalani imamat khusus yang menerima kuasa suci merayakan Ekaristi) mengambil roti dan anggur itu, ingat bahwa roti dan anggur itu adalah seluruh hidup kita, yang kemudian imam memohon kepada Roh Kudus sehingga roti dan anggur itu menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Hidup kita dipersatukan dengan Kristus, persembahan kecil kita menjadi Persembahan Agung-Nya.
Pada bagian Misa ini pula menggambarkan bagaimana imamat pelayanan berhubungan dengan imamat umum dari seluruh umat beriman. Keduanya saling membutuhkan. Kita membutuhkan imam paroki kita untuk memberikan daya Ilahi dari sakramen sehingga kita memiliki kekuatan untuk memenuhi tugas imamat kita untuk mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai persembahan bagi Allah demi keselamatan dunia. Dan, para imam juga membutuhkan kita. Sama sebagaimana dalam Misa, Misa tidak dapat dirayakan jika tidak ada roti dan anggur yang dibawa menuju altar, dan para imam pelayanan tidak dapat memenuhi panggilan mereka tanpa kita, para imam umum. Tanpa kita, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Kita adalah “bahan mentah,” kita butuh untuk diberkati dan diubahkan menjadi Tubuh Kristus, yaitu Gereja.
Persiapan Persembahan dilakukan dengan membawa bahan persembahan ke altar. Biasanya umat yang membawa roti dan anggur yang akan diterima oleh imam atau daikon dan kemudian diletakkan di atas altar. Meskipun terkadang bahan persembahan ini sudah disiapkan di meja samping karena alasan tertentu. Adapun penggunaan roti dan anggur ini pula adalah bahan-bahan yang sama dengan yang digunakan Kristus, yang nantinya akan menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Setelah perarakan persembahan, petugas persembahan mulai mengumpulkan persembahan umat, yang pada saat ini persembahan umat berupa uang atau bahan persembahan lain untuk orang miskin atau untuk Gereja, yang diantar oleh umat beriman atau yang dikumpulkan di dalam gereja (bdk. PUMR 72-73).
Makna Persiapan Persembahan itu tentunya mempersiapkan persembahan. Lantas tujuan persembahan itu apa? Tujuannya bisa kita temukan dalam Doa Syukur Agung sebagaimana PUMR menjelaskan demikian:
Dalam perayaan-kenangan ini, Gereja, terutama Gereja yang sekarang sedang berkumpul, mempersembahkan kurban murni kepada Allah Bapa dalam Roh Kudus. Maksud Gereja ialah, supaya dalam mempersembahkan kurban murni ini umat beriman belajar juga mempersembahkan diri sendiri.89 Maka melalui Kristus, Sang pengantara, dari hari ke hari umat beriman akan semakin sempurna bersatu dengan Allah dan dengan sesama umat, hingga akhirnya Allah menjadi segala-galanya dalam semua (PUMR 79 poin f)
John Bergsma dalam bukunya “Bible Basics for Catholics: A New Picture of Salvation History” menjelaskan dengan indah tentang makna persembahan sebagaimana telah disebutkan dalam PUMR itu. Beliau menjelaskan bahwa imamat kudus (bdk. KGK 1268) mengalir dalam diri kita dari status kita sebagai anak-anak Allah. Dan seorang imam mempersembahkan persembahan kepada Allah. Persembahan setiap orang Kristen adalah hidup kita sendiri. Sebagaimana St. Paulus tuliskan kepada umat Kristen di Roma, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Roma 12:1).” St. Paulus mengartikan kata “tubuhmu” bukan sebagai tubuh secara fisik melainkan seluruh hidup kita.
Persembahan diri kita secara imamat ini yang adalah persembahan hidup kita, yang dilakukan dalam setiap Misa, ketika beberapa umat awam membawa “persembahan” dalam rupa roti dan anggur untuk diberkati oleh imam supaya menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Roti dan anggur yang belum diberkati melambangkan seluruh hidup kita sebagai umat awam atau tepatnya para imam umum (mengacu pada tugas kita sebagai imamat umum). Kemudian imam pelayanan (para imam tertahbis yang menjalani imamat khusus yang menerima kuasa suci merayakan Ekaristi) mengambil roti dan anggur itu, ingat bahwa roti dan anggur itu adalah seluruh hidup kita, yang kemudian imam memohon kepada Roh Kudus sehingga roti dan anggur itu menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Hidup kita dipersatukan dengan Kristus, persembahan kecil kita menjadi Persembahan Agung-Nya.
Pada bagian Misa ini pula menggambarkan bagaimana imamat pelayanan berhubungan dengan imamat umum dari seluruh umat beriman. Keduanya saling membutuhkan. Kita membutuhkan imam paroki kita untuk memberikan daya Ilahi dari sakramen sehingga kita memiliki kekuatan untuk memenuhi tugas imamat kita untuk mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai persembahan bagi Allah demi keselamatan dunia. Dan, para imam juga membutuhkan kita. Sama sebagaimana dalam Misa, Misa tidak dapat dirayakan jika tidak ada roti dan anggur yang dibawa menuju altar, dan para imam pelayanan tidak dapat memenuhi panggilan mereka tanpa kita, para imam umum. Tanpa kita, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Kita adalah “bahan mentah,” kita butuh untuk diberkati dan diubahkan menjadi Tubuh Kristus, yaitu Gereja.