Kamis, 26 September 2019

Sejarah Penggunaan Kemenyan, Lonceng Kecil, dan Gong dalam Misa

Print Friendly and PDF

Kali ini admin akan bahas mengenai salah satu komponen misa yang kalau gak berbunyi rasanya kurang afdol, yaps.... kerincing (lonceng) kecil dan gong beserta si harum kemenyan. Banyak anak muda Katolik yang ditanya apa sih artinya bunyi-bunyian itu semua? Banyak yang gak tahu. Biar makin tahu, monggo dibaca.

Gereja membuat ini semua bukan asal buat atau asal bunyi tanpa dasar yang jelas. Pada zaman Romawi kuno ketika masih dipimpin oleh kaisar-kaisar, Romawi punya tradisi unik yang kini diadopsi oleh Gereja Katolik sendiri, yaitu membunyikan lonceng kecil, gong, dan menghidupkan kemenyan ketika seorang petinggi (kaisar) Romawi lewat di daerah penduduk. Tujuannya apa sih? Yang pasti tujuannya bukan untuk meriah-meriah kayak acara sunatan. Tujuannya adalah untu memberi tahu orang-orang sekitar bahwa petinggi (kaisar) Romawi sedang melintas sehingga warga harus segera menghentikan pekerjaannya lalu menghormat kepada petinggi (kaisar) tersebut.

Nah dari true story diatas, diadopsilah penggunaan kerincing (lonceng) kecil, gong, dan kemenyan dalam Gereja. Mungkin pikiran bapa Gereja pada zaman-zaman awal Gereja begini, “Kaisar Romawi aja yang gak ada apa-apanya ketimbang Kristus, Raja segala raja kok dibuat seperti itu, sementara Kristus yang Raja segala raja tidak dibuat?” kemungkinan pemikiran bapa Gereja seperti itu.

Tepat rasanya tradisi itu diadopsi oleh Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Kita ketahui bahwa ketika ketiga benda itu digunakan, maka semua orang berlutut menghadap Sang Kehidupan. Dan seharusnya wajib! Wajib pada peristiwa apa lagi? Pada saat imam membawa viaticum (latin = bekal) bagi orang sakit atau lebih kita kenal sebagai hosti yang diantarkan kepada orang sakit yang tak bisa menghadiri misa kudus. Ketika imam membawa itu, seharusnya kita berlutut hingga Kristus yang dibawa imam melewati kita, namun sayang tradisi itu sudah jarang terjadi. Bahkan seharusnya ketika membawa Sakramen Maha Kudus, pembawa harus diam (silentium) tapi entah kenapa malah sering mengobrol dengan yang disampingnya. Semoga kita semakin mengerti apa-apa saja benda dalam Gereja kita tercinta, Gereja Katolik dan bisa menjelaskan kepada siapapun yang belum paham.

Sumber: http://catholicyouthid.blogspot.com/2015/04/sejarah-misa-penggunaan-kemenyan.html

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP