Senin, 23 September 2019

Homili Ibadat Peringatan Arwah :
Siklus Kehidupan untuk 1 Tahun

Print Friendly and PDF

Bacaan 1 : Pkh. 3,1-11
Injil : Yohanes 6 : 37-44

Dalam mengenang kepergian almahum (sebutkan namanya) ini, saya mengajak kita semua dan teristimewa keluarga yang ditinggalkan untuk memaknai dan menerima dalam iman rencana Tuhan berkaitan dengan kepergian Almahum. Mengawali renungan ini saya mengajak kita semua untuk menyimak dan merasakan beberapa fakta seputar kematian yang menjadi berita utama dalam beberapa mingggu belakangan ini.

Harian Kompas dan berbagai media sosial lainnya, kemarin menurunkan berita dengan judul yang menyedihkan, 516 pemudik tewas karena kecelakaan lalulintas selama dalam rentang waktu 22 Juli hingga 2 Agustus 2014.

Dari sekian banyak berita kecelakaan saya ambil dua berita yang paling tragis yang terjadi di Muntilan dan Situbondo. Di Muntilan sebuah mobil Suzuki Carry bertabrakan dan terbakar menewaskan empat orang penumpang yang merupakan satu keluarga: suami, istri dan 2 anak. Di Situbondo mobil Daihatsu Xenia B 1768 KFQ milik satu keluarga asal Bojong Malang terguling di Jalan Raya Baluran. Mobil yang memuat satu keluarga berjumlah 7 orang itu terguling dan menewaskan 3 dari 7 anggota keluarga itu. Berita lain tentang fakta kematian yang menyedot perhatian dunia berkaitan dengan kecelakaan pesawat terbang.

Pengamat penerbangan mengklaim 2014 adalah tahun yang paling aman dalam sejarah tranportasi udara, tetapi kenyataannya jumlah korban jiwa justru meningkat 300 persen sejak 2013. Tercatat 763 penumpang dan awak kabin tewas dalam kecelakaan pesawat sepanjang 2014. Jumlah tersebut 498 lebih tinggi, dibandingkan tahun 2013 hanya 265 jiwa. Juli 2014 boleh dikatakan sebagai bulan terburuk dalam sejarah penerbangan dilihat dari jumlah penumpang yang meninggal. Dalam kasus jatuhnya pesawat di Ukraina tercatat ada 12 orang WNI. Dan yang mengerikan, satu keluarga 4 orang yaitu Yuli Hastini asal Solo yang mau berlibur ke Solo bersama suaminya John Paulisen dan dua anak mereka Arjuna Martin Paulisen dan Srikandi Paulisen tewas dalam kecelakaan itu.

Bagaimana reaksi dan perasaaan kita, sandainya kisah-kisah kematian massal keluarga seperti ini menimpa keluarga-keluarga kita? Satu anggota keluarga meninggal saja kita merasa sedih, apalagi kalau satu keluarga meninggal sekaligus. Tidak terbayangkan bagaimana suasana dan reaksi keluarga besar yang ditinggalkan. Lebih dari itu, mengapa saya mengangkat fakta kematian massal, yang menimpa satu keluarga? Saya sama sekali tidak bermaksud membangkitkan rasa sedih berkepanjangan dalam diri kita tetapi justru saya mau mengatakan kepada kita bahwa cobaaan dan derita, apalagi kematian itu dialami semua orang, semua keluarga.

Saat ini kita boleh ingat anggota keluarga kita yang telah meninggal tetapi coba bayangkan kalau saat ini kita menjadi salah satu anggota keluarga dari satu keluarga (4 orang) yang terbakar dalam kecelakaan di Muntilan, atau keluarga (3 orang) yang tewas di Situbondo, atau keluarga Ibu Yuli yang tewas bersama suami dan dua anak mereka? Saya kira kita akan menyadari bahwa cobaan dan derita kita masih jauh lebih ringan daripada yang dialami keluarga-keluarga lainnya ini. Dengan membandingkan seperti ini kita harapkan bahwa kita tidak tenggelam dalam perasaan duka berkepanjangan apalagi putus-asa dan kehilangan harapan. Tuhan mencobai kita dalam batas kemampauan kita untuk mengukur kekuatan iman kita dan sekaligus mengukur kualitas iman dan harapan kita.

Apa artinya cobaan dan derita sebagai pengukur iman dan harapan kita? Jawabannya ada dalam firman Tuhan yang kita dengarkan dalam bacaan-bacaan yang kita gunakan. Sungguh menarik membaca dan merenungkan kitab Pengkhotbah karena segalanya berada dalam keteraturan dan keseimbangan yang dikaitkan dengan waktu. Kitab Pengkhotbah dengan tegas mengatakan bahwa segala sesuatu di kolong langit ada waktu dan masanya. Itu artinya apa saja dan siapa saja yang ada di bumi ini tidak ada yang kekal atau abadi. Dunia adalah perubahan, dunia diwarnai perubahan dan pergantian dan itulah yang menjadikan kehidupan menarik dan penuh dinamika.

Hal yang menarik untuk kita renungkan dari kitab Pengkhotbah adalah persolan lahir dan meninggal. Ada waktu lahir dan ada waktu meninggal. Pada ayat 2 ada kata lahir-meninggal dan pada ayat 4 ada kata menangis-tertawa; meratap-menari. Kalau ayat 2 dan ayat 4 ini kita sejajarkan maka kita akan temukan pasangan kata lahir-menangis; meninggal-tertawa atau lahir-meratap, meninggal-menari. Pasangan kata seperti ini tentu tidak biasa untuk kita. Saat orang lahir biasanya kita bergembira, senang, tertawa dan saat orang meninggal kita menangis, sedih, dan meratap. Apakah penulis kitab suci tidak keliru?

Kitab suci sama sekali tidak keliru dan tidak salah karena yang tertawa dan menangis itu adalah orang yang lahir dan yang meninggal. Saat seorang bayi dilahirkan semua orang lain senang tetapi tetapi bayi harus menangis dan jika tidak menangis harus dibuat agar menangis. Sebaliknya, ketika seseorang meninggal semua yang lain menangis dan bersedih tetapi yang meninggal senang, tertawa, dan menari karena dibebaskan dari beban kehidupan di dunia.

Konsep ini sesuai dengan ajaran iman kita bahwa kematian adalah awal suatu kehidupan kekal penuh sukacita. Dalam konteks ini pula maka kita yang ditinggalkan diharapkan tidak tengelam dalam duka berkepanjangan apalagi berputus-asa. Kita yang masih hidup diharapan mengisi waktu sesuai rencana Tuhan. Segala sesuatu yang terjadi dan kita alami dalam hidup hanyalah seringan dan variasi di jalan yang kita lewati bermula dari kelahiran hingga kematian. Hidup kita terentang antara dua waktu yaitu lahir dan mati?

Yesus melalui penginjil Yohanes juga meneguhkan dan menguatkan kita bahwa dengan janjinya yang tidak terbatalkan akan setiap orang yang datang kepada-Nya. Almahum (sebutkan namanya) merupakan pemberian dan hadiah gratis dari Tuhan untuk dititipkan sementara kepada keluarga dan orangtua. Sebagai orangtua tentu keluarga telah memelihara dan merawat titipan itu dan setahun lalu titipan itu diambil kembali oleh Tuhan sebagai pemiliknya. Ada waktunya Tuhan memberikan itu kepada keluarga dan setahun lalu Tuhan mengambilnya kembali. Sebagai orang yang percaya kita hanya bisa bersyukur karena pernah dipercayakan untuk menerima dan memelihara pemberian Tuhan.

Dalam iman kita tentu yakin bahwa Tuhan memanggilnya untuk menikmati sukcita abadi. Semua yang Tuhan berikan akan diambilnya dan Tuhan tidak membiarkan pemberiannya hilang. Setahun lalu (sebutkan namanya) hilang dari pandangan fisik kita dan keluarga tetapi ada dan hidup secara rohani di hadapan Tuhan sang pemilik kehidupan itu. Yesus dalam injil menegaskan bahwa Dia akan menjemput setiap orang yang datang kepada-Nya. Dalam keyakinan seperti inilah kita menerima kenyataan ini dalam ketegaran semangat, dalam keteguhan iman dan harapan.

Almarhum (sebutkan namanya) sudah diselamatkan Tuhan, dan tentu alharhum lebih berbahagia lagi jika semua keluarga yang ditinggalkan tetap menjalani kehidupan secara lebih bersemangat lagi, terutama dalam mengembangkan amal dan kebaikan kepada orang lain. Memang (sebutkan namanya) telah dipanggil pulang tetapi Tuhan pasti mengirim (sebutkan namanya)-(sebutkan namanya) yang lain kepada keluarga yang ditinggalkan. Jika keluarga tetap hidup bersemangat membantu orang apalagi memperlakukan orang lain seperti yang pernah dilakukan untuk (sebutkan namanya) maka kepergian Almarhum bukannya mematahkan semangat kita melainkan justru memacu semangat dan meneguhkan iman dan pengharapan kita dalam kerinduan sampai janji Tuhan terlaksana. Yesus sebagai yang pertama bangkit sudah berjanji bukan hanya kepada (sebutkan namanya) yang telah dipanggilanya setahun lalu, tetapi juga untuk kita yang masih berziarah di dunia ini. Tidak ada jalan lain selain kita terus berjuang sampai tiba waktunya kita juga dipangggil. Semoga Tuhan terus memberi kita semua semangat iman dan harapan. Amin.

Sumber: http://renunganlentera.blogspot.com/2014/08/peringatan-satu-tahun-arwah-agustinus.html

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP