Memahami Sakramen Penguatan
Sakramen Penguatan atau Sakramen Krisma disebut Sakramen untuk mendalami teologi. Pada zaman dahulu pernah juga seorang umat Kristiani menyebut Roh Kudus sebagai Yang Tak Dikenal. Bagaimana mungkin ajaran dan devosi kita menjadi begitu miskin, sehingga kita tidak mengetahui baik pemberian maupun Sang Pemberi.
Semoga tidak terjadi demikian keadaan umat Katolik saat ini! Karena kalau kita yang ‘mengaku mengimani Katolik kita tidak mengenal Roh Kudus dan Memahami Sakramen Krisma, kita akan kehilangan dasar utama penebusan kita Allah menjadi manusia bukan melulu untuk menyelamatkan kita dari sesuatu (dosa-dosa kita), tetapi juga menyelamatkan kita untuk (untuk hidup sebagai anak-anak Allah). Diselamatkan tidak lain adalah ambil bagian dalam kodrat Allah. Dan semua itu kita lakukan karena karunia Roh Kudus.
Yesus berkata kepada para rasul-Nya bahwa Roh akan mengambil apa yang menjadi milik-Ku dan menyatakannya kepadamu (Yohanes 6:14). Jadi, Rohlah yang memberikan kepada kita kehidupan di dalam Tritunggal Yang Mahakudus. Karena Rohlah yang memberikan kehidupan sang Putera kepada kita.
Maksud Yesus adalah mengutus Roh Kudus. Ia berkata kepada para rasul-Nya, “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab, jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu. Tetapi, jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu………… Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yohanes 16: 7, 13). Memenuhi janji-Nya, Yesus menampakkan diri kepada para rasul-Nya dan “Ia menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus” (Yohanes 20:22). Kemudian, pada Pentakosta Kristiani yang pertama terjadilah pencurahan Roh Kudus secara universal atas Gereja (Kis 2).
Peristiwa ini sudah digambarkan dalam banyak nubuat Perjanjian Lama mengenai zaman Mesias (Yes 44:3; 59:21; Yes 11:19; 36:25-27; Yl. 2:28). Jelas, karunia agung ini melampaui segala pengharapan. Karunia itu bukan berupa sesuatu, tapi Seseorang, Karunia itu adalah Roh Kudus Dari kisah Para Rasul, jelas bahwa Pentakosta adalah suatu peristiwa yang dimaksudkan untuk seluruh Gereja, bukan hanya sesuatu kelompok elite, dan bukan hanya untuk satu hari.
Pentakosta itu akan direntangkan ke segala zaman yang tidak dilembagakan, yakni lewat sakramen-sakramen. Karunia Roh diberikan pada saat pembaptisan, tetapi dengan berbagai cara digenapi oleh upacara lain. “Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima Firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke sana. Setibanya Kudus belum turun atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus”. (Kis 8 : 14 – 17).
Meterai Roh Kudus
Tradisi Gereja melukiskan Sakramen Krisma sebagai meterai Roh Kudus. Di dunia purba menyandang meterai seseorang, atau mengenakannya, berarti diidentikkan dengan orang yang bersangkutan, dikenal sebagai anak atau hamba orang itu. Sakramen Krisma menandai kita sebagai anak-anak Allah sendiri.
Sakramen Krisma memberi kita suatu kematangan/kedewasaan dan memberi kita kekuatan untuk memberi kesaksian mengenai iman, untuk membela iman, dan untuk hidup secara bertanggung jawab di dalam Gereja. Semua kegiatan ini merupakan rahmat dari Allah, dan semua itu tidak bergantung pada kekuatan atau keterampilan pribadi kita.
Usia orang/umat diperbolehkan menerima Sakramen Krisma. Sejumlah Gereja Timur memberikan Sakramen Krisma kepada bayi-bayi, langsung sesudah pembaptisan mereka, dengan menekankan unsur Ilahi dari karunia itu. Sejumlah keuskupan di kalangan Gereja Barat menangguhkan Sakramen Krisma sampai lulus sekolah dasar atau sekolah menengah atau sampai saat penerimaan sebagai mahasiswa, dengan menekankan bahwa sakramen ini merupakan suatu tanda kematangan, tanda memasuki tahap bertanggung jawab mandiri dalam Gereja.
Dan Gereja mengajarkan bahwa Sakramen Krisma, tidak peduli kapan kita menerimanya, menggenapi pembaptisan kita. Kita boleh berharap untuk menerima Sakramen Krisma pada usia ini atau itu lebih awal dengan menekankan segi rahmat, atau lebih kemudian dengan menekankan segi pemahaman, tetapi intinya bukanlah di situ. Yang harus kita lakukan adalah memahami bahwa Sakramen Krisma adalah suatu ‘karunia yang dapat diterima satu kali sepanjang hayat, tetapi kita masih dapat terus memohon rahmat-Nya setiap hari dalam hidup kita. Kita telah menerima semua yang kita perlukan untuk mencapai kematangan spiritual’. Kita menerima apa yang oleh tradisi Kristiani disebut Karunia Roh Kudus, Kebijaksanaan, Pengetahuan, Pengertian, Nasihat, Kesalehan, Kekuatan, dan Takut akan Tuhan. Kita juga menerima buah-buah Roh Kudus, antara lain Kasih, Sukacita, Damai, Kesabaran, Keramahan, Kebaikan, Kemurahan, Kelemahlembutan, Kesetiaan, Kesederhanaan, Pengendalian diri, dan Kembali apabila kita menyaksikan perpecahan dalam Gereja, perselisihan paham , tidak adanya kejelasan, ketidakpedulian yang tampaknya disengaja, maka di situ kita menyadari perlunya kehadiran Roh Kudus. Ketimbang mengutuki kegelapan, lebih baik kita berseru mengundang Roh Kudus. Hendaknya kita memeriksa seberapa besar devosi kita kepada Roh Kudus dan seberapa tinggi penghargaan kita terhadap hari ketika kita menerima Sakramen Krisma. Apakah kita berdoa kepada Roh Kudus seperti kita berdoa kepada Bapa dan Putra? Apakah kita berdoa kepada Roh Kudus secara pribadi? Karena Roh Kudus adalah suatu pribadi, bukan suatu kekuatan atau suatu daya atau suatu alat. Apabila kita menerima Sakramen Krisma, maka Roh Kudus tinggal di dalam diri kita. Kita menjadi bait kudus-Nya (1 Kor 6:19).
Kita tidak harus pergi jauh-jauh untuk mengenal Dia. Kristus datang ke dunia untuk memberikan Roh Kudus kepada kita. Ia naik kepada Bapa supaya Roh Kudus dapat turun ke atas Gereja. Dalam tindakan- tindakan Ilahi ini, sejarah keselamatan menyatakan tampilnya pribadi-pribadi Ilahi. Bapa yang dalam sejarah mengutus Sang Putra merupakan gambaran dari Bapa yang melahirkan Putra dalam keabadian. Turunnya Roh Kudus atas Gereja pada hari Pentakosta adalah gambaran munculnya Roh Kudus dari Bapa dan Putra dalam keabadian.Oleh karena itu, kita harus berusaha sungguh-sungguh jangan sampai kita mengabaikan atau meremehkan kehidupan Roh Kudus dalam Tritunggal, atau kehidupan kita dalam Roh Kudus. Karya hakiki Roh Kudus adalah menampilkan kembali kehidupan, penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus dalam diri kita masing-masing dan dalam diri kita bersama-sama. Apabila kita mengabaikan Roh Kudus, maka kita juga mengabaikan Kristus. Saya mengucapkan “Selamat kepada seluruh Umat di Paroki St. Markus yang baru saja Menerima Sakramen Krisma dari Bapa Uskup Bogor Mgr Michael Cosmas Angkur OFM. Semoga Sakramen Krisma mendewasakan iman Kristiani kita semua! Amin. (Y Eko Putranto)
Sumber:
http://www.sanmardepok.com/?p=1131
Semoga tidak terjadi demikian keadaan umat Katolik saat ini! Karena kalau kita yang ‘mengaku mengimani Katolik kita tidak mengenal Roh Kudus dan Memahami Sakramen Krisma, kita akan kehilangan dasar utama penebusan kita Allah menjadi manusia bukan melulu untuk menyelamatkan kita dari sesuatu (dosa-dosa kita), tetapi juga menyelamatkan kita untuk (untuk hidup sebagai anak-anak Allah). Diselamatkan tidak lain adalah ambil bagian dalam kodrat Allah. Dan semua itu kita lakukan karena karunia Roh Kudus.
Yesus berkata kepada para rasul-Nya bahwa Roh akan mengambil apa yang menjadi milik-Ku dan menyatakannya kepadamu (Yohanes 6:14). Jadi, Rohlah yang memberikan kepada kita kehidupan di dalam Tritunggal Yang Mahakudus. Karena Rohlah yang memberikan kehidupan sang Putera kepada kita.
Maksud Yesus adalah mengutus Roh Kudus. Ia berkata kepada para rasul-Nya, “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab, jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu. Tetapi, jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu………… Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yohanes 16: 7, 13). Memenuhi janji-Nya, Yesus menampakkan diri kepada para rasul-Nya dan “Ia menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus” (Yohanes 20:22). Kemudian, pada Pentakosta Kristiani yang pertama terjadilah pencurahan Roh Kudus secara universal atas Gereja (Kis 2).
Peristiwa ini sudah digambarkan dalam banyak nubuat Perjanjian Lama mengenai zaman Mesias (Yes 44:3; 59:21; Yes 11:19; 36:25-27; Yl. 2:28). Jelas, karunia agung ini melampaui segala pengharapan. Karunia itu bukan berupa sesuatu, tapi Seseorang, Karunia itu adalah Roh Kudus Dari kisah Para Rasul, jelas bahwa Pentakosta adalah suatu peristiwa yang dimaksudkan untuk seluruh Gereja, bukan hanya sesuatu kelompok elite, dan bukan hanya untuk satu hari.
Pentakosta itu akan direntangkan ke segala zaman yang tidak dilembagakan, yakni lewat sakramen-sakramen. Karunia Roh diberikan pada saat pembaptisan, tetapi dengan berbagai cara digenapi oleh upacara lain. “Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima Firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke sana. Setibanya Kudus belum turun atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus”. (Kis 8 : 14 – 17).
Meterai Roh Kudus
Tradisi Gereja melukiskan Sakramen Krisma sebagai meterai Roh Kudus. Di dunia purba menyandang meterai seseorang, atau mengenakannya, berarti diidentikkan dengan orang yang bersangkutan, dikenal sebagai anak atau hamba orang itu. Sakramen Krisma menandai kita sebagai anak-anak Allah sendiri.
Sakramen Krisma memberi kita suatu kematangan/kedewasaan dan memberi kita kekuatan untuk memberi kesaksian mengenai iman, untuk membela iman, dan untuk hidup secara bertanggung jawab di dalam Gereja. Semua kegiatan ini merupakan rahmat dari Allah, dan semua itu tidak bergantung pada kekuatan atau keterampilan pribadi kita.
Usia orang/umat diperbolehkan menerima Sakramen Krisma. Sejumlah Gereja Timur memberikan Sakramen Krisma kepada bayi-bayi, langsung sesudah pembaptisan mereka, dengan menekankan unsur Ilahi dari karunia itu. Sejumlah keuskupan di kalangan Gereja Barat menangguhkan Sakramen Krisma sampai lulus sekolah dasar atau sekolah menengah atau sampai saat penerimaan sebagai mahasiswa, dengan menekankan bahwa sakramen ini merupakan suatu tanda kematangan, tanda memasuki tahap bertanggung jawab mandiri dalam Gereja.
Dan Gereja mengajarkan bahwa Sakramen Krisma, tidak peduli kapan kita menerimanya, menggenapi pembaptisan kita. Kita boleh berharap untuk menerima Sakramen Krisma pada usia ini atau itu lebih awal dengan menekankan segi rahmat, atau lebih kemudian dengan menekankan segi pemahaman, tetapi intinya bukanlah di situ. Yang harus kita lakukan adalah memahami bahwa Sakramen Krisma adalah suatu ‘karunia yang dapat diterima satu kali sepanjang hayat, tetapi kita masih dapat terus memohon rahmat-Nya setiap hari dalam hidup kita. Kita telah menerima semua yang kita perlukan untuk mencapai kematangan spiritual’. Kita menerima apa yang oleh tradisi Kristiani disebut Karunia Roh Kudus, Kebijaksanaan, Pengetahuan, Pengertian, Nasihat, Kesalehan, Kekuatan, dan Takut akan Tuhan. Kita juga menerima buah-buah Roh Kudus, antara lain Kasih, Sukacita, Damai, Kesabaran, Keramahan, Kebaikan, Kemurahan, Kelemahlembutan, Kesetiaan, Kesederhanaan, Pengendalian diri, dan Kembali apabila kita menyaksikan perpecahan dalam Gereja, perselisihan paham , tidak adanya kejelasan, ketidakpedulian yang tampaknya disengaja, maka di situ kita menyadari perlunya kehadiran Roh Kudus. Ketimbang mengutuki kegelapan, lebih baik kita berseru mengundang Roh Kudus. Hendaknya kita memeriksa seberapa besar devosi kita kepada Roh Kudus dan seberapa tinggi penghargaan kita terhadap hari ketika kita menerima Sakramen Krisma. Apakah kita berdoa kepada Roh Kudus seperti kita berdoa kepada Bapa dan Putra? Apakah kita berdoa kepada Roh Kudus secara pribadi? Karena Roh Kudus adalah suatu pribadi, bukan suatu kekuatan atau suatu daya atau suatu alat. Apabila kita menerima Sakramen Krisma, maka Roh Kudus tinggal di dalam diri kita. Kita menjadi bait kudus-Nya (1 Kor 6:19).
Kita tidak harus pergi jauh-jauh untuk mengenal Dia. Kristus datang ke dunia untuk memberikan Roh Kudus kepada kita. Ia naik kepada Bapa supaya Roh Kudus dapat turun ke atas Gereja. Dalam tindakan- tindakan Ilahi ini, sejarah keselamatan menyatakan tampilnya pribadi-pribadi Ilahi. Bapa yang dalam sejarah mengutus Sang Putra merupakan gambaran dari Bapa yang melahirkan Putra dalam keabadian. Turunnya Roh Kudus atas Gereja pada hari Pentakosta adalah gambaran munculnya Roh Kudus dari Bapa dan Putra dalam keabadian.Oleh karena itu, kita harus berusaha sungguh-sungguh jangan sampai kita mengabaikan atau meremehkan kehidupan Roh Kudus dalam Tritunggal, atau kehidupan kita dalam Roh Kudus. Karya hakiki Roh Kudus adalah menampilkan kembali kehidupan, penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus dalam diri kita masing-masing dan dalam diri kita bersama-sama. Apabila kita mengabaikan Roh Kudus, maka kita juga mengabaikan Kristus. Saya mengucapkan “Selamat kepada seluruh Umat di Paroki St. Markus yang baru saja Menerima Sakramen Krisma dari Bapa Uskup Bogor Mgr Michael Cosmas Angkur OFM. Semoga Sakramen Krisma mendewasakan iman Kristiani kita semua! Amin. (Y Eko Putranto)
Sumber:
http://www.sanmardepok.com/?p=1131