Hirarki Dalam Gereja Katolik
Pengertian
Dasar kepemimpinan (hirarki) dalam Gereja
Sejarah hirarki
Jaman Para Rasul
Jaman sesudah Para Rasul
Struktur kepemimpinan (hirarki) dalam Gereja
1. Dewan Para Uskup yang dipimpin oleh Paus
2. Uskup
3. Imam
4. Diakon
Tentang Kardinal:
Fungsi Khusus Hirarki
Berdasarkan keterangan yang telah diungkapkan di atas, fungsi khusus hirarki adalah:
Corak Kepemimpinan dalam Gereja
Kata “hirarki” berasal dari bahasa Yunani “hierarchy” yang terdiri dari 2 kata, yakni jabatan (hieros) dan suci (archos). Jadi hirarki adalah jabatan suci. Itu berarti bahwa yang termasuk dalam hirarki adalah mereka yang mempunyai jabatan karena mendapat penyucian melalui tahbisan. Maka mereka sering disebut sebagai kuasa tahbisan. Dan orang yang termasuk hirarki disebut sebagai para tertahbis. Namun, pada umumnya hirarki diartikan sebagai tata susunan. Hirarki sebagai pejabat umat beriman kristiani dipanggil untuk menghadirkan Kristus yang tidak kelihatan sebagai tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dalam tingkatan hiraki tertahbis (hierarchia ordinis), Gereja terdiri dari Uskup, Imam, dan Diakon (KHK 330-572).
Menurut tata susunan yurisdiksi (hierarchia yurisdictionis), yurisdiksi ada pada Paus dan para Uskup yang disebut kolegialitas. Kekhasan hirarki terletak pada hubungan khusus mereka dengan Kristus sebagai gembala umat.
Dasar kepemimpinan (hirarki) dalam Gereja
Menurut ajaran resmi Gereja, kepemimpinan dalam Gereja diserahkan kepada hirarki, sebagai pengganti para rasul. Struktur hirarkis termasuk hakikat kehidupan-nya juga. Perutusan ilahi, yang dipercayakan Kristus kepada para rasul itu, akan berlangsung sampai akhir zaman (lih. Mat 28:20). Sebab Injil, yang harus mereka wartakan, bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu dalam himpunan yang tersusun secara hirarkis yaitu para Rasul telah berusaha mengangkat para pengganti mereka. Maka Konsili mengajarkan bahwa “atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja” Kepada mereka itu para Rasul berpesan, agar mereka menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis 20:28).(LG 20). Pengganti mereka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir jaman (LG 18).
Maksud dari “atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja” ialah bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbullah kelompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam Gereja perdana atau Gereja para rasul, yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi, dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan kemartiran St. Ignatius dari Antiokhia pada awal abad kedua, secara prinsip terbentuklah hirarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja sekarang.
Sejarah hirarki
Struktur hirarki bukanlah suatu yang ditambahkan atau dikembangkan dalam sejarah Gereja. Menurut ajaran Konsili Vatikan II, struktur itu dikehendaki Tuhan dan akhirnya berasal dari Kristus sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah hirarki di bawah ini:
Jaman Para Rasul
Awal perkembangan hirarki adalah kelompok kedua belas Rasul. Kelompok inilah yang pertama-tama disebut Rasul. Rasul atau “Apostolos” adalah utusan. Akan tetapi setelah kebangkitan Kristus, sebutan Rasul tidak hanya untuk kelompok kedua belas, melainkan juga utusan-utusan selain kelompok kedua belas itu. Bahkan akhirnya, semua “utusan jemaat” (2Kor 8:22) dan semua “utusan Kristus” (2Kor 5:20) disebut Rasul. Lama kelamaan, kelompok Rasul lebih luas dari pada kelompok kedua belas Rasul. Sesuai dengan namanya, Rasul diutus untuk mewartakan iman dan memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus.
Jaman sesudah Para Rasul
Setelah kedua belas Rasul tidak ada, muncul aneka sebutan, seperti “penatua-penatua” (Kis 15:2), dan “Rasul-Rasul”, “Nabi-Nabi”, “Pemberita-Pemberita Injil”, “Gembala-Gembala”, “Pengajar” (Ef 4:11), “Episkopos” (Kis 20:28), dan “Diakonos” (1Tim 4:14). Dari sebutan itu ada banyak hal yang tidak jelas arti dan maksudnya. Namun pada akhir perkembangannya, ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal sebutan “Penilik” (Episkopos), “Penatua” (Presbyteros), dan “Pelayan” (Diakonos). Struktur inilah yang selanjutnya menjadi struktur hirarki Gereja yang menjadi Uskup, Imam, dan Diakon. Di sini yang penting, bukanlah kepemimpinan Gereja yang terbagi atas aneka fungsi dan peran, melainkan bahwa tugas pewartaan para Rasul lama-kelamaan menjadi tugas kepemimpinan jemaat.
Struktur kepemimpinan (hirarki) dalam Gereja
Struktur hirarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, para imam dan diakon sebagai pembantu uskup.
1. Dewan Para Uskup yang dipimpin oleh Paus
Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II (LG 20). Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena duabelas rasul). Di sini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. hal tersebut juga dipertegas dalam Konsili Vatikan II (LG 20 dan LG 22).
Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena diterima ke dalam dewan itu. Itulah tahbisan Uskup, “Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hirarkis dengan kepala (Paus-red) maupun para anggota dewan” (LG 22). Mengingat sifat kolegial ini, tahbisan uskup selalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima ke dalam dewan para uskup (LG 21).
Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup.
Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah Uskup Roma pertama. Karena itu Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan tradisi, Uskup Roma itu pengganti Petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma, dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus. Hal ini dapat kita lihat dalam sabda Yesus sendiri :
“Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:17-19).
2. Uskup
Uskup adalah sebuah jabatan suci yang diberikan kepada seseorang yang telah menerima sakramen tahbisan tingkat ketiga. Paus adalah juga seorang uskup (Uskup Roma yang berkedudukan di Vatikan). Kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia ketua dewan para uskup. Tugas pokok uskup di tempatnya sendiri dan Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup “dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing” (LG 27).
Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan dan pelayanan. Maka dalam tiga bidang itu para uskup, dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya. “Di antara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injillah yang terpenting” (LG 25). Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja seorang Uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman. Dalam kesatuan dengan Uskup inilah kita sebagai umat dapat menghindari perpecahan, dan menjaga persatuan, sebagaimana dikehendaki oleh Kristus (lih. Yoh 17:20-21).
3. Imam
Imam adalah seorang yang ditahbiskan oleh Uskup atau menerima sakramen tahbisan tingkat kedua. Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut “pastor kepala” pada zaman itu dan imam-imam menjadi “pastor pembantu”. Lama kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan demikian, para uskup memiliki tugas dan tanggungjawab pelayanan yang semakin besar seiring pertumbuhan dinamika umat di wilayah keuskupannya.
Melihat perkembangan demikian, Uskup membutuhkan bantuan dewan kuria, komisi atau delegatus dan para imam agar pelayanan umat dapat dilaksanakan dengan baik sesuai tuntutan perkembangan umat dan konteks jaman ini. Uskup memberikan kepercayaan dan kewenangan (fakultas) kepada para imam untuk bertindak dalam kesatuan dan searah dengan kebijakan uskupnya. “Di masing-masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ mereka” (LG 28). Tugas konkret mereka sama seperti uskup: “Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi“
4. Diakon
“Pada tingkat hirarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan oleh Uskup dan menerima sakramen tahbisan tingkat pertama. Tahbisan itu ‘bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan” (LG29). Mereka pembantu uskup tetapi tidak mewakilinya.
Para uskup mempunyai 2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan pembantu khusus (disebut diakon). Bisa dikatakan juga diakon sebagai “pembantu dengan tugas terbatas”. Jadi diakon juga termasuk ke dalam anggota hirarki.
Tentang Kardinal:
Seorang kardinal adalah seorang uskup yang diberi tugas dan wewenang memilih Paus baru, bila ada seorang Paus yang meninggal. Sejarah awalnya, karena Paus adalah Uskup Roma, maka Paus baru sebetulnya dipilih oleh pastor-pastor kota Roma, khususnya pastor-pastor dari gereja-gereja “utama” (cardinalis). Dewasa ini para kardinal dipilih dan diangkat langsung oleh Paus dari uskup-uskup seluruh dunia. Lama kelamaan para kardinal juga berfungsi sebagai penasihat Paus, bahkan fungsi kardinal menjadi suatu jabatan kehormatan. Sejak abad ke 13 warna pakaian khas adalah merah lembayung.
Kardinal bukan jabatan hirarkis dan tidak termasuk struktur hirarkis. Jabatannya sebagai Uskup lah yang merupakan jabatan hirarkis dan masuk dalam struktur hirarki. Para Uskup yang dipilih oleh Paus sebagai Kardinal kemudian membentuk suatu Dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi sebanyak 120 orang dan di bawah usia 80 tahun.
Fungsi Khusus Hirarki
Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi (mengajar), Imam (menguduskan), dan Raja (memimpin / menggembalakan). Meskipun menjadi tugas umum dari seluruh umat beriman, namun Gereja atas dasar sejarahnya di mana Kristus memilih para rasul untuk melaksanakan tugas itu secara khusus, kemudian menetapkan pembagian tugas tiap komponen umat. Gereja menetapkan pembagian tugas tiap komponen umat (hirarki, biarawan/biarawati, dan kaum awam) untuk menjalankan tri-tugas dengan cara dan fungsi yang berbeda.
Berdasarkan keterangan yang telah diungkapkan di atas, fungsi khusus hirarki adalah:
- Menjalankan tugas Gerejani, yakni tugas-tugas yang langsung dan eksplisit menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti: pelayanan sakramen-sakramen, mengajar, dan sebagainya.
- Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hirarki mempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat dan teladan.
Corak Kepemimpinan dalam Gereja
- Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan khusus di mana campur tangan Tuhan merupakan unsur yang dominan. Kepemimpinan Gereja tidak diangkat oleh manusia berdasarkan bakat, kecakapan, atau prestasi tertentu. Kepemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.”(Yoh 15:16).
- Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diperjuangkan oleh manusia, tetapi kepemimpinan dalam Gereja tidaklah demikian.
- Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni-murninya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri.
- Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan melayani, bukan untuk dilayani, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri. Maka Paus disebut sebagai “Servus Servorum Dei” = Hamba dari Hamba-hamba Allah.
- Kepemimpinan hirarki berasal dari Tuhan karena sakramen tahbisan yang diterimanya maka tidak dapat dihapuskan oleh manusia.Sedangkan kepemimpinan dalam masyarakat dapat diturunkan oleh manusia, karena ia memang diangkat dan diteguhkan oleh manusia.