Api Penyucian
Menurut pandangan orang sebetulnya, setelah kematian (bukan pada hari kiamat kelak) setiap orang akan diadili secara pribadi. Dimana ada tiga kemungkinan dari pengadilan itu yaitu Surga, Api Penyucian (Purgatory) dan Neraka. Karena mereka yang menganggap diri kurang baik untuk surga, dan juga tidak mau masuk ke neraka, maka Api Penyucian dipandang sebagai pintu yang "normal". Tetapi api penyucian pun bukan pintu, juga bukan kemungkinan kemungkinan ketiga disamping surga dan neraka.
DASAR untuk keyakinan ini ialah:
Injil Lukas 16:22 : dimana digambarkan orang kaya berteriak kepada Abraham minta tolong; kisah ini memang suatu perumpamaan yang tidak benar-benar terjadi tetapi tetap mencerminkan keyakinan Lukas bahwa sebelum akhir zaman pun Abraham sudah "mulia disurga dan orang kaya yang sudah mati itu bisa berteriak minta tolong" demikian juga pada surat-surat Rasul paulus kepada jemaat di korintus dan Filipi 2Korintus 5:8 dan Filipi 1:23
dimana Paulus dengan jelas mengungkapkan keinginannya untuk segera mati saja, yakni berpisah dari tubuhnya yang fana untuk bersatu dengan Yesus Kristus dalam kebahagiaan, namun demi umatnya, Paulus lebih suka tetap hidup di dunia agar bisa membina umatnya. Keyakinan Paulus ini mencerminkan iman bahwa sebelum kebangkitan pada akhir zaman pun, orang yang sudah mati dapat bersama dengan Kristus di surga. Dengan kata lain kebangkitan badan pada akhir jaman, jiwa orang sudah diadili dan bisa mulia bersama Kristus.
Setelah Akhir zaman akan ada kebangkitan badan, jiwa orang mati akan dipersatukan kembali dengan badan, untuk diadili bersama-sama dengan seluruh umat manusia. Baik yang sudah diadili secara pribadi maupun yang belum, akan diadili secara bersama-sama (pengadilan umum). Tetapi hasil pengadilan pribadi yang sudah terjadi sebelum akhir zaman tetap berlaku dan hanya diteguhkan dalam pengadilan umum pada akhir zaman.
Dalam ajaran Resmi Gereja juga tidak disebut "api", hanya "penyucian" (purgatorium) saja, ialah adalanya tahap terakhir dalam proses pemurnian pada perjalanan kepada Allah. Kiranya proses pemurnian itu belum selesai pada saat kematian, maka kematian sendiri dapat menjadi pengallaman pemurnian itu.
Pada saat kematian manusia melihat dirinya sendiri dlam keadaan sesungguhnya. Khususnya karena kematian itu berarti penyerahan kepada Allah, maka pemurnian dialami sebagai ketidakcocokan yang menyakitkan. Apa yang lazim disebut "pengadilan", dialami sebagai siksaan dan juga pemurnian. Sekiranya itulah yang dimaksud dengan "Api Penyucian" yang terjadi pada saat kematian sendiri.
Demikian halnya doa-doa untuk untuk jiwa-jiwa dalam api penyucian adalah doa untuk orang-orang yang pada saat kematian sebetulnya belum siap menghadap Tuhan. Dimana orang itu meninggal dalam persekututan iman (Telah dibaptis, baptis keiinginan, baptis darah), yang disebut Gereja. Maka sudah sewajarnya "persekutuan para kudus" juga dihayati dalam doa untuk saudara-saudara kita, yang masih pada perjalanan menuju Tuhan.
Api penyucian bukanlah "neraka sementara" (dengan api yang tidak begitu panas). Api penyucian adalah pengalaman sedalam-dalamnya behwa seseorang "mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang dilakukan" dihadapan Tuhan.
Sumber: http://www.imankatolik.or.id/apipenyucian.html
DASAR untuk keyakinan ini ialah:
Injil Lukas 16:22 : dimana digambarkan orang kaya berteriak kepada Abraham minta tolong; kisah ini memang suatu perumpamaan yang tidak benar-benar terjadi tetapi tetap mencerminkan keyakinan Lukas bahwa sebelum akhir zaman pun Abraham sudah "mulia disurga dan orang kaya yang sudah mati itu bisa berteriak minta tolong" demikian juga pada surat-surat Rasul paulus kepada jemaat di korintus dan Filipi 2Korintus 5:8 dan Filipi 1:23
dimana Paulus dengan jelas mengungkapkan keinginannya untuk segera mati saja, yakni berpisah dari tubuhnya yang fana untuk bersatu dengan Yesus Kristus dalam kebahagiaan, namun demi umatnya, Paulus lebih suka tetap hidup di dunia agar bisa membina umatnya. Keyakinan Paulus ini mencerminkan iman bahwa sebelum kebangkitan pada akhir zaman pun, orang yang sudah mati dapat bersama dengan Kristus di surga. Dengan kata lain kebangkitan badan pada akhir jaman, jiwa orang sudah diadili dan bisa mulia bersama Kristus.
Setelah Akhir zaman akan ada kebangkitan badan, jiwa orang mati akan dipersatukan kembali dengan badan, untuk diadili bersama-sama dengan seluruh umat manusia. Baik yang sudah diadili secara pribadi maupun yang belum, akan diadili secara bersama-sama (pengadilan umum). Tetapi hasil pengadilan pribadi yang sudah terjadi sebelum akhir zaman tetap berlaku dan hanya diteguhkan dalam pengadilan umum pada akhir zaman.
Dalam ajaran Resmi Gereja juga tidak disebut "api", hanya "penyucian" (purgatorium) saja, ialah adalanya tahap terakhir dalam proses pemurnian pada perjalanan kepada Allah. Kiranya proses pemurnian itu belum selesai pada saat kematian, maka kematian sendiri dapat menjadi pengallaman pemurnian itu.
Pada saat kematian manusia melihat dirinya sendiri dlam keadaan sesungguhnya. Khususnya karena kematian itu berarti penyerahan kepada Allah, maka pemurnian dialami sebagai ketidakcocokan yang menyakitkan. Apa yang lazim disebut "pengadilan", dialami sebagai siksaan dan juga pemurnian. Sekiranya itulah yang dimaksud dengan "Api Penyucian" yang terjadi pada saat kematian sendiri.
Demikian halnya doa-doa untuk untuk jiwa-jiwa dalam api penyucian adalah doa untuk orang-orang yang pada saat kematian sebetulnya belum siap menghadap Tuhan. Dimana orang itu meninggal dalam persekututan iman (Telah dibaptis, baptis keiinginan, baptis darah), yang disebut Gereja. Maka sudah sewajarnya "persekutuan para kudus" juga dihayati dalam doa untuk saudara-saudara kita, yang masih pada perjalanan menuju Tuhan.
Api penyucian bukanlah "neraka sementara" (dengan api yang tidak begitu panas). Api penyucian adalah pengalaman sedalam-dalamnya behwa seseorang "mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang dilakukan" dihadapan Tuhan.
Sumber: http://www.imankatolik.or.id/apipenyucian.html