Tinjauan Teks Liturgis: Anamnesis
Pusat dan Puncak seluruh perayaan Ekaristi dimulai pada saat Doa Ekaristi (Prex Eucharistica). Doa Ekaristi atau lebih dikenal dengan Doa Syukur Agung tentu saja memiliki struktur dan urutan yang tetap dan teratur. Pada umumnya, setiap Doa Ekaristi memiliki unsur-unsur yang sama sebagai doa syukur dan pengudusan. Bagian-bagian yang paling penting dalam Doa Ekaristi menurut PUMR 79 adalah: Ucapan Syukur, Aklamasi Kudus, Epiklesis, Kisah Institusi dan Konsekrasi, Anamnesis, Persembahan, Permohonan, dan Doksologi Penutup. Dalam bagian anamnesis, Gereja mewujudkan perintah Kristus Tuhan yang disampaikan melalui para rasul: “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku”(“Eis ten emen anamnesim”). Gereja mengenangkan sengsara Kristus yang menyelamatkan, kebangkitan-Nya yang mulia, dan kenaikan-Nya ke surga (bdk. Katekismus Gereja Katolik 1354). Kalau kita membandingkan teks anamnesis dari Ordo Missae dalam Missale Romanum (MR) 2008 dengan Tata Perayaan Ekaristi (TPE) 2005, ada beberapa catatan yang patut dipertimbangkan.
SATU MENJADI ENAM
Hanya ada satu versi aklamasi anamnesis bagian imam selebran utama dalam MR 2008 yakni mysterium fidei yang berarti “misteri iman” sedangkan dalam TPE 2005 ada enam (6) variasi yang perlu ditinjau kembali:
Seruan “misteri iman” sebagai suatu aklamasi diaggap sudah cukup mengandung makna yang jelas, padat dan sekaligus mendalam tanpa harus ditambahkan kata-kata ajakan atau pernyataan yang sudah terkandung di dalamnya. Terjemahan yang paling parah adalah rumusan no 4 sebab bagian yang harusnya dinyanyikan oleh umat justru menjadi bagian imam.
TIGA MENJADI ENAM
Aklamasi anamnesis bagian umat sebagai jawaban dalam TPE 2005 masih perlu direvisi (ada 6 variasi)karena tidak sesuai dengan teks asli yakni berdasarkan MR 2008 yang hanya memiliki 3 jawaban umat.
MAKNA ANAMNESIS DAN KAPAN DIGUNAKAN?
Kata anamnesis (dari bahasa Yunani: anamnesis) dapat diterjemahkan sebagai suatu kenangan atau memoria. Bagi umat Katolik, anamnesis dipahami dengan makna yang lebih luas dan mendalam daripada warisan Yahudi sebab anamnesis juga berarti masa depan yang mengatasi masa lampau. Pada saat umat mengenang “Ekaristi”, yang terjadi adalah pertemuan kisah masa lalu secara manusiawi dan anugerahilahi. Dengan kata lain, anamnesis adalah saat umat mengenangkan peristiwa keselamatan Allah dan mengaktualisasikannya dalam hidup sekarang (melalui Ekaristi) dan sekaligus merayakan peristiwa keselamatan yang akan datang.
Anamnesis juga berkaitan dengan “zikkaron” yang dalam bahasa Ibrani tidak hanya bermakna suatu kenangan subjektif belaka tetapi juga aktualisasi nyata dari apa yang dikenang: kehendak akan penebusan Tuhan melalui peristiwa penyelamatan Perjanjian Lama yang memuncak pada Misteri Paskah Kristus. Mysterium Fidei bagi St. Paulus tidak lain adalah misteri Paskah Kristus: Kristus yang wafat dan bangkit. Anamnesis tidak hanya menghadirkan suatu kenangan masa lalu dan sejarah bangsa Israel, tetapi juga menambahkannya pada masa kini serta merujuk pada masa depan dan dengan berbagai cara mengantisipasinya: donec veniat: Maranatha!
Anamnesis adalah suatu aklamasi sehingga secara episteme, bagian anamnesis ini seharusnya dinyanyikan apalagi untuk hari Minggu. Anamnesis dimulai dengan aklamasi yang dinyanyikan oleh imam selebran utama yakni mysterium fidei yang berarti “misteri iman” dan ditanggapi dengan 3 cara jawaban dari umat.
Anamnesis yang pertama: Mortem tuam annuntiamus, Domine, et tuam resurrectionem confitemur, donec venias (Wafat-Mu, Tuhan, kami wartakan, Kebangkitan-Mu kami muliakan, hingga Engkau datang). Tekanan bagian yang pertama ini adapada kata-kata: donec venias yang merujuk pada pengharapan akan kedatangan Kristus dalam kemuliaan pada saat yang akan datang. Selain itu, mortem tuam annuntiamus mencakup misteri kematian Kristus yang dikaitkan dengan Anak Domba Paskah dan pengurbanan Kristus sendiri. Dimensi ekstologis lebih jelas dalam konteks ini sebagaimana dikatakan oleh St. Paulus dalam 1 Kor 11:26b, yakni“.... kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”. Anamnesis ini sebaiknya dinyanyikan pada masa advent.
Anamnesis yang kedua: Quotiescumque manducamus panem huncet calicem bibimus, mortem tuam annuntiamus, Domine donec venias (Setiap kali kami makan roti ini dan minum dari piala ini, wafat-Mu, Tuhan, kami wartakan hingga Engkau datang). Tekanan bagian yang kedua ini ada pada kata-kata: “Quotiescumque manducamus panem huncet calicem bibimus, mortem tuam annuntiamus” yang mengingatkan kita pada kisah Perjamuan Malam Terakhir. Demikianlah Yesus mengambil cawan yang merupakan Perjanjian Baru yang dimeteraikan oleh darah-Nya. Kita diminta Tuhan untuk melakukan perintah-Nya sebagai kenangan akan Dia (bdk. 1 Kor 11:25). Felice Rainoldi dalam bukunya Lodate Dio nel suo santuario menyatakan bahwaaklamasi yang kedua ini sangat tepat bila dinyanyikan pada masa Paskah, secara khusus pada saat Kamis Putih.
Anamnesis yang ketiga: Salvator mundi, salva nos, qui per crucem et resurrectionem tuam liberasti nos (Penyelamat dunia, selamatkanlah kami, karena melalui salib dan kebangkitan-Mu, Engkau telah membebaskan kami). Tekanan bagian yang ketiga ini ada pada dimensi penebusan karena Yesus sendiri yang menyelamatkan dan membebaskan manusia melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Umat memohon kepada Sang Penyelamat agar menebus dosa umat manusia sebagaimana Allah sendiri telah menebus dosa dan kesalahan bangsa Israel. Anamnesis ini sangat tepat dinyanyikan pada masa Prapaskah dan setiap hari Jumat. Untuk masa-masa liturgis yang lain dapat dipilih dan disesuaikan berdasarkan tingkat perayaan atau bentuk misa yang bersangkutan.
Sumber: Kfr. Riston P. Situmorang, OSC
http://osc.or.id/
SATU MENJADI ENAM
Hanya ada satu versi aklamasi anamnesis bagian imam selebran utama dalam MR 2008 yakni mysterium fidei yang berarti “misteri iman” sedangkan dalam TPE 2005 ada enam (6) variasi yang perlu ditinjau kembali:
Seruan “misteri iman” sebagai suatu aklamasi diaggap sudah cukup mengandung makna yang jelas, padat dan sekaligus mendalam tanpa harus ditambahkan kata-kata ajakan atau pernyataan yang sudah terkandung di dalamnya. Terjemahan yang paling parah adalah rumusan no 4 sebab bagian yang harusnya dinyanyikan oleh umat justru menjadi bagian imam.
TIGA MENJADI ENAM
Aklamasi anamnesis bagian umat sebagai jawaban dalam TPE 2005 masih perlu direvisi (ada 6 variasi)karena tidak sesuai dengan teks asli yakni berdasarkan MR 2008 yang hanya memiliki 3 jawaban umat.
MAKNA ANAMNESIS DAN KAPAN DIGUNAKAN?
Kata anamnesis (dari bahasa Yunani: anamnesis) dapat diterjemahkan sebagai suatu kenangan atau memoria. Bagi umat Katolik, anamnesis dipahami dengan makna yang lebih luas dan mendalam daripada warisan Yahudi sebab anamnesis juga berarti masa depan yang mengatasi masa lampau. Pada saat umat mengenang “Ekaristi”, yang terjadi adalah pertemuan kisah masa lalu secara manusiawi dan anugerahilahi. Dengan kata lain, anamnesis adalah saat umat mengenangkan peristiwa keselamatan Allah dan mengaktualisasikannya dalam hidup sekarang (melalui Ekaristi) dan sekaligus merayakan peristiwa keselamatan yang akan datang.
Anamnesis juga berkaitan dengan “zikkaron” yang dalam bahasa Ibrani tidak hanya bermakna suatu kenangan subjektif belaka tetapi juga aktualisasi nyata dari apa yang dikenang: kehendak akan penebusan Tuhan melalui peristiwa penyelamatan Perjanjian Lama yang memuncak pada Misteri Paskah Kristus. Mysterium Fidei bagi St. Paulus tidak lain adalah misteri Paskah Kristus: Kristus yang wafat dan bangkit. Anamnesis tidak hanya menghadirkan suatu kenangan masa lalu dan sejarah bangsa Israel, tetapi juga menambahkannya pada masa kini serta merujuk pada masa depan dan dengan berbagai cara mengantisipasinya: donec veniat: Maranatha!
Anamnesis adalah suatu aklamasi sehingga secara episteme, bagian anamnesis ini seharusnya dinyanyikan apalagi untuk hari Minggu. Anamnesis dimulai dengan aklamasi yang dinyanyikan oleh imam selebran utama yakni mysterium fidei yang berarti “misteri iman” dan ditanggapi dengan 3 cara jawaban dari umat.
Anamnesis yang pertama: Mortem tuam annuntiamus, Domine, et tuam resurrectionem confitemur, donec venias (Wafat-Mu, Tuhan, kami wartakan, Kebangkitan-Mu kami muliakan, hingga Engkau datang). Tekanan bagian yang pertama ini adapada kata-kata: donec venias yang merujuk pada pengharapan akan kedatangan Kristus dalam kemuliaan pada saat yang akan datang. Selain itu, mortem tuam annuntiamus mencakup misteri kematian Kristus yang dikaitkan dengan Anak Domba Paskah dan pengurbanan Kristus sendiri. Dimensi ekstologis lebih jelas dalam konteks ini sebagaimana dikatakan oleh St. Paulus dalam 1 Kor 11:26b, yakni“.... kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”. Anamnesis ini sebaiknya dinyanyikan pada masa advent.
Anamnesis yang kedua: Quotiescumque manducamus panem huncet calicem bibimus, mortem tuam annuntiamus, Domine donec venias (Setiap kali kami makan roti ini dan minum dari piala ini, wafat-Mu, Tuhan, kami wartakan hingga Engkau datang). Tekanan bagian yang kedua ini ada pada kata-kata: “Quotiescumque manducamus panem huncet calicem bibimus, mortem tuam annuntiamus” yang mengingatkan kita pada kisah Perjamuan Malam Terakhir. Demikianlah Yesus mengambil cawan yang merupakan Perjanjian Baru yang dimeteraikan oleh darah-Nya. Kita diminta Tuhan untuk melakukan perintah-Nya sebagai kenangan akan Dia (bdk. 1 Kor 11:25). Felice Rainoldi dalam bukunya Lodate Dio nel suo santuario menyatakan bahwaaklamasi yang kedua ini sangat tepat bila dinyanyikan pada masa Paskah, secara khusus pada saat Kamis Putih.
Anamnesis yang ketiga: Salvator mundi, salva nos, qui per crucem et resurrectionem tuam liberasti nos (Penyelamat dunia, selamatkanlah kami, karena melalui salib dan kebangkitan-Mu, Engkau telah membebaskan kami). Tekanan bagian yang ketiga ini ada pada dimensi penebusan karena Yesus sendiri yang menyelamatkan dan membebaskan manusia melalui wafat dan kebangkitan-Nya. Umat memohon kepada Sang Penyelamat agar menebus dosa umat manusia sebagaimana Allah sendiri telah menebus dosa dan kesalahan bangsa Israel. Anamnesis ini sangat tepat dinyanyikan pada masa Prapaskah dan setiap hari Jumat. Untuk masa-masa liturgis yang lain dapat dipilih dan disesuaikan berdasarkan tingkat perayaan atau bentuk misa yang bersangkutan.
Sumber: Kfr. Riston P. Situmorang, OSC
http://osc.or.id/