Minggu, 23 Agustus 2015

Mendaraskan Mazmur dengan Baik dan Benar

Print Friendly and PDF

Oleh : MARCELLINO RUDYANTO

ISTILAH MAZMUR dalam KITAB SUCI

Kitab Mazmur dalam bahasa Yunani disebut “Psalterion”, yang sebenarnya berarti alat musik bertali yang dipakai mengiringi nyanyian. Kitab tersebut dalam bahasa Ibrani disebut “Tehimilin”, yang berarti “puji-pujian”.

Kitab Mazmur merupakan kumpulan mazmur (nyanyian/sajak yang berisikan puji-pujian, doa/permohonan, maupun ucapan syukur).

Dalam judul-judulnya mazmur-mazmur paling sering disebut “Mizmor”, yang menjadi asal kata Arab-Indonesia “Mazmur”.

Kidung di luar Kitab Mazmur.
Di luar Mazmur Kitab Suci menyebut beberapa kidung.
Perjanjian Lama : Nyanyian Musa (Kel, 15),
nyanyian sumur (Bil, 21 : 17-18),
nyanyian kemenangan Debora (Hak, 5).
Perjanjian Baru : Kidung Maria (Magnificat), Kidung Zakaria (Benediktus),
Kidung Simeon (nunc dimittis).

MAZMUR TANGGAPAN

Istilah “Mazmur Tanggapan”
“Mazmur Tanggapan” adalah terjemahan dari “psalmus responsorialis”. Menurut Komlit KWI (Bdk. Buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya), maksud mazmur tangapan adalah menanggapi sabda Tuhan.

Menurut Prof. H.B. Meyer, SJ, kata responsorialis memang berarti jawaban, namun tidak menjawab bacaan pertama, tetapi hanya menunjuk pada cara pembawaan mzmur ini: refren diulang sesudah tiap 2 ayat (Bdk. WML, 216, hal. 131).

Peran mazmur tanggapan dalam ibadat:
a. Sebagai tanggapan atas bacaan I.
Dalam hal ini mazmur tanggapan berfungsi sebagai renungan atas bacaan I.
b. Sebagai Pewartaan.
Dalam hal ini mazmur tanggapan sendiri merupakan bacaan dalam bentuk nyanyian. Mazmur dapat berfungsi sebagai pewartaan yang bersifat non rasional, yang menuntut keterlibatan perasaan dan apresiasi terhadap suatu ungkapan seni.

Sebagai catatan : Peran Mazmur Tanggapan tidak dapat digantikan oleh Lagu Antar Bacaan. Dalam liturgi, sesudah Tuhan menyatakan diriNya dalam Bacaan Pertama dalam bentuk ajaran, nasehat, larangan perbuatan dan sebagainya, maka manusia menanggapi pernyataan Diri Tuhan itu dengan Mazmur Tanggapan. (Bdk Agus Tridiatno, WML, 1.11.93).

Bentuk Mazmur tanggapan bermacam-macam:
- Penegasan (misalnya : Tuhan mendengarkan doa orang beriman….; SabdaMu adalah kebenaran, hukumMu kebebasan…..; Tuhan adalah Kasih setia….)
- Permohonan (misalnya : Mohon Ampun Kami orang berdosa…; Condongkanlah telingaMu kepadaku bersegeralah bebaskan daku….).
- Pujian (misalnya : Pujilah Allah Alleluya, Alleluya…)
- Syukur (misalnya : Bersyukurlah kepada Tuhan, karna baiklah Dia…)
- Niat/Tekat. (misalnya : Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan jiwaku…..; Aku wartakan karya agungMu Tuhan…)

PEMAZMUR

Tugas Pemazmur (Bdk. Pedoman Berliturgi dan Panduan Musik Liturgi Ekaristi) adalah:
- Membawakan/melagukan mazmur tanggapan;
- (Dapat pula ia) Membawakan ayat dalam Bait Pengantar Injil.

Kinerja Pemazmur (Bdk. Pedoman berliturgi dan Panduan Musik Liturgi Ekaristi).
- Pemazmur hendaknya sungguh menjiwai mazmur yang dibawakannya.
- Untuk itu ia perlu memahami isi, bentuk, dan suasana mazmur tanggapan yang bersangkutan.
- Pemazmur hendaknya membawakan mazmur tanggapan sedemikian rupa sehingga umat dapat menghayatinya sebagai tanggapan atas Sabda Tuhan yang baru didengarkannya.

LATIHAN PEMAZMUR :

Agar menjadi pemazmur yang bertanggungjawab dan berkompeten, maka pemazmur perlu menyiapkan diri. Adapun persiapan/latihan tersebut adalah :

1. Persiapan Pribadi :
- Berdoa mohon terang Roh Kudus
- Membaca Mazmur yang akan dinyanyikan (tidak hanya dalam batin, tetapi diucapkan dengan jelas). Merenungkannya.

2. Latihan Pribadi :
- Olah vokal (postur, nafas, pembentukan suara, artikulasi, frasering, ekspresi);
- Latihan menyanyikan Mazmur (dengan memperhatikan not, pemenggalan kalimat, gaya lagu : misalnya inkulturatif atau tidak).
- Latihan menghafalkan.

3. Latihan Bersama Dirigen dan Pengiring :
Tujuannya menyelaraskan nada dasar, intro, dan perasaan satu-sama lain.

4. Menjaga kesehatan alat-alat suara.
Tujuannya agar senantiasa siap bertugas

MENDARASKAN MAZMUR

Tempat Pemazmur mendaraskan Mazmur dalam ibadat adalah di mimbar gereja. Namun karena kapasitasnya sebagai penyanyi, maka ia tetap berada di dalam kerjasama dengan dirigen dan pengiring.

Pada saat menyanyikan Mazmur Tanggapan, maka :
- Bersikap tenang, dan rileks.
- Pandangan mata berganti-ganti antara teks dan umat.
- Apabila terjadi kesalahan, baik nada maupun syair, tidak perlu diulangi, diteruskan saja. (Hal ini dapat dihindari apabila persiapan dan latihan dijalankan, sehingga ayat-ayat dapat dihapalkan).
- Menyanyi dengan penuh penjiwaan.

Tekniknya antara lain :
- Memainkan dinamika (keras-lembutnya suara) harus sesuai dengan struktur kalimat musik.
- Menghidupkan tempo (cepat-lambatnya potongan lagu/ayat, ritardando, rallentando, accelerando)
- Frasering dan penyambungan nada (legato)
- Penggunaan vibrato.
- Vibrato dapat memberi kesan hidup, tetapi bila berlebihan dapat mengurangi kejelasan teks. Sangat berguna berlatih mengurangi/meniadakan vibrato.
- Memainkan warna suara (terang/gelap) sesuai suasana lagu.

Urutan dan hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Intro seluruh refren dimainkan penuh oleh pegiring.
b. Refren dinyanyikan pemazmur
c. Refren diulangi Umat dan Koor.
d. Ayat pertama dinyanyikan Pemazmur (menunggu pengiring ‘mengambil’ nada dahulu, juga pada saat sebelum setiap ayat)
e. Refren dinyanyikan Umat dan Koor
f. Ayat selanjutnya dinyanyikan Pemazmur (3 – 5 ayat…).
g. Refren dinyanyikan Umat dan Koor

Sebagai catatan : Ayat-ayat dinyanyikan dengan pemenggalan sesuai ketentuan. Namun apabila napas tidak cukup, pemenggalan kalimat dapat dibuat sendiri asal benar dan baik (sesuai kaidah bahasa). Setiap akhir kalimat/ayat dinyanyikan melambat, (khususnya dua sampai empat suku kata terakhir) dengan cara meyakinkan.

TANDA-TANDA BACA BUKU MAZMUR TANGGAPAN.

Di dalam buku Mazmur Tanggapan terdapat tanda-tanda yang merupakan petunjuk pemenggalan kalimat.

Tanda-tanda tersebut adalah :
( . ) : Setiap akhir kalimat lagu diakhiri dengan tanda titik yang artinya nada tersebut ditahan.
( ‘ ) : Tanda jeda suatu penggalan kalimat; di sini boleh mengambil napas.
( / ) : Tanda ‘satu kalimat’
( // ) : Tanda ‘akhir sebuah ayat’
( , ) : Jika dalam satu ayat/kalimat pemazmur tidak menyanyikan dengan frasering secara utuh (satu napas), pemenggalan kalimat dapat dilakukan pada tanda koma tersebut untuk mengambil napas. Bila tidak ada tanda koma, pemazmur dapat menentukan potongan kalimat mana yang baik dan benar untuk dipenggal.

PENGGUNAAN MIKROFON

Saat ini hampir di setiap gereja terdapat mikrofon. Mikrofon adalah alat penerima getaran suara untuk selanjutnya diperkuat amplifier dan diubah menjadi bunyi yang lebih keras pada loudspeaker.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila pemazmur menggunakan mikrofon:
a. Sebelum menyanyi hendaknya letak mikrofon disesuaikan dengan postur tubuh pemazmur agar suara dapat ditangkap dengan baik dan wajah pemazmur terlihat umat. Posisi mikrofon sedikit di bawah mulut, membentuk sudut 45 derajat dengan garis vertikal.
b. Pada saat mengubah letak mikrofon, hendaknya dimatikan dahulu (bisa oleh pemazmur atau oleh operator mixer/amplifier) agar tidak menimbulkan bunyi yang mengganggu.
c. Selama menyanyi hendaknya jarak antara mulut dan mikrofon selalu sama, agar suara yang ditimbulkan tidak timbul-tenggelam. Jarak mulut-mikrofon yang paling baik hendaknya dicari dengan coba-coba.
d. Bernyanyilah dengan suara sedang. Suara yang terlalu keras akan terdengar lebih tajam atau bahkan pecah. Volume suara yang tepat sebaiknya juga dicari dengan berlatih menggunakan mikrofon.
e. Berhati-hatilah dalam menarik napas di depan mikrofon. Mikrofon dapat memperkuat suara tarikan napas sehingga menderu seperti lokomotif. Jalan keluar yang dapat dilakukan ialah menarik napas melalui mulut, atau menjauh dari mikrofon pada saat menarik napas.
f. Hindari bunyi decak di dalam mulut. Bunyi decak yang pada keadaan biasa tidak memberi kesan apa-apa, di depan mikrofon dapat menjadi keras sehingga mengganggu atau berkesan kurang sopan. Cara menghindarinya ialah dengan menurunkan lidah (supaya tidak menempel pada langit-langit) sebelum membuka mulut.
g. Berhati-hatilah dalam mengucapkan konsonan yang membuat letusan (b dan p) dan yang mendesis (s). Bila perlu belokkan kepala sedikit agar udara yang keluar tidak langsung menerpa mikrofon.
h. Selama bernyanyi, dengarkanlah selalu suara yang dihasilkan oleh loudspeaker. Bersikaplah kritis terhadap suara yang dihasilkan.

SARAN PEMBINAAN PEMAZMUR.

Seksi Liturgi, Sub Seksi Musik Liturgi Paroki atau atas inisiatif para pemazmur sendiri membentuk semacam “paguyuban pemazmur”.
Paguyuban ini mengadakan kegiatan khusus pemazmur, misalnya: latihan Rutin seminggu/dua minggu sekali untuk memantapkan tugas pada periode tertentu. Yang dinyanyikan/dilatihkan adalah Mazmur tanggapan dan Alleluya yang menjadi tugas masing-masing pemazmur. Latihan dipimpin seorang koordinator yang sekaligus bertindak sebagai pelatih.
Baik juga apabila sesekali mengadakan pelatihan tersendiri dengan mengundang pelatih yang berkompeten.
Setiap Pemazmur hendaknya memiliki sebuah buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya, lengkap. Dengan demikian pemazmur dapat belajar mandiri, serta siap bertugas setiap saat.
Demikianlah, maka menjadi pemazmur bukanlah tugas yang asal-asalan atau dadakan semata. Dengan pemazmur yang bertanggungjawab dan berkompeten maka liturgi akan menjadi lebih agung dan kudus.

Sumber :
https://sasanamagnificat.wordpress.com/2008/09/02/mendaraskan-mazmur-dengan-baik-dan-benar-marcellino-rudyanto/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP