Liturgi Sebagai Pusat Kehidupan Gereja
1. Apa itu Liturgi?
Liturgi, dari asal katanya, leitourgia (bhs Yunani), dari akar kata ergon, yang berarti karya, dan leitos, yang merupakan kata sifat untuk kata benda laos (=bangsa). Maka, kata liturgi memiliki kata dasar leitos + ergon (karya yang dibaktikan untuk kepentingan bangsa). Leitourgia berarti sebagai kerja bakti atau kerja pelayanan tanpa dibayar. Leitourgia dalam arti kultis (keagamaan), yaitu perayaan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus.
Dari akar kata tersebut jelas dimaksudkan, bahwa liturgi merupakan sebuah perayaan bersama. Secara vertical, merupakan perayaan Gereja bersama Kristus; secara horizontal, perayaan iman Gereja. Perayaan bersama ini merupakan salah satu ciri pokok dalam liturgi. Dan dalam liturgi, Gereja dibangun dan diwujudkan sebab Gereja adalah persekutuan umat (manusia-manusia) yang dipanggil Allah untuk memuliakan Dia.
2. Apa saja yang termasuk dalam Liturgi?
Ada tiga macam liturgi Gereja, yaitu liturgi Sakramen, liturgi Sabda, dan liturgi Harian.
2.1. Liturgi Sakramen.
Kata “sakramen” berasal dari bahasa latin “sacramentum”, terjemahan dari kata Yunani: mysterion, yang dalam Perjanjian Lama hendak menunjuk pada Allah yang mewahyukan diri-Nya dalam sejarah. Mysterion (dalam Perjanjian Baru) menunjuk pada rencana keselamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus Kristus (bdk Ef 1:9; Kol 1:26; Rm 16:25).
2.2.1. Perayaan Liturgi Sakramen.
Perayaan liturgi sakramen menunjuk pada perayaan-perayaan ketujuh sakramen Gereja, dengan tingkatan-tingkatan yang berbeda. Perayaan Sakramen ini dibagi dalam dua kelompok yaitu, sacramenta maiora (Sakramen Ekaristi dan Sakramen Baptis) dan sacramenta minora (Sakramen Krisma, Sakramen Tobat, Sakramen Pengurapan Orang Sakit, Sakramen Tahbisan dan Sakramen Perkawinan).
a. Sakramen Ekaristi.
Sakramen ini merupakan puncak dan pusat seluruh perayaan sakramen dan seluruh liturgi Gereja, bahkan menjadi sumber dan puncak seluruh hidup kristiani (Lumen Gentium art.11).
b. Sakramen Baptis.
Sakramen ini merupakan jalan masuk atau sakramen pertama yang harus diterima seseorang untuk penerimaan sakramen-sakramen yang lain. Melalui baptis, seseorang dimasukkan ke dalam Gereja dan dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah.
c. Sakramen Krisma atau Penguatan.
Sakramen ini menguatkan orang beriman dengan kurnia Roh Kudus untuk menjadi saksi Kristus dan orang kristiani dewasa.
Ketiga sakramen tersebut (Ekaristi, Baptis dan Krisma), biasa disebut sakramen inisiasi. Melalui ketiganya, seseorang telah menjadi umat beriman dan warga Gereja yang penuh, serta berhak merayakan Ekaristi secara aktif.
d. Sakramen Tobat atau Rekonsiliasi atau Pengampunan.
Sakramen ini mengembalikan umat beriman yang jatuh ke dalam dosa (sakit rohani); mendamaikan kembali mereka dengan Allah dan Gereja; serta menganugerahkan pengampunan dosa. Dengan sakramen ini, memungkinkan umat beriman merayakan Ekaristi dengan pantas.
e. Sakramen Pengurapan Orang Sakit atau Perminyakan Suci.
Umat beriman yang sakit fisik dikuatkan dengan sakramen ini, yang menganugerahkan kekuatan hidup iman dan pengampunan dosa kepada yang sakit. Melalui sakramen ini, orang sakit diserahkan kepada Tuhan yang bersengsara dan mulia agar Dia menyembuhkan dan menyelamatkannya.
f. Sakramen Tahbisan dan Sakramen Perkawinan.
Kedua sakramen ini disebut juga sakramen sosial Gereja karena hendak mengungkapkan dimensi dan fungsi sosial Gereja. Melalui sakramen tahbisan, terlaksanalah pengudusan atas orang-orang yang mendapat tugas dan jabatan dalam kepemimpinan, pengudusan dan pengajaran bagi umat Allah. Melalui sakramen perkawinan, memungkinkan berdirinya dasar dan pengudusan keluarga yang merupakan sel terkecil dan pembangun umat Allah dari masa ke masa.
Ketiga sakramen ini, yaitu Baptis, Penguatan dan Tahbisan, merupakan sakramen kekal tak terhapuskan, apabila sudah diterima oleh seseorang. So, ketiganya hanya diterimakan sekali seumur hidup.
2.1.2. Liturgi Sakramentali.
Sakramentali ialah “tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakramen. Sakramentali menandakan kurnia-kurnia, yang bersifat rohani dan yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja.” (Sacrosanctum Concilium art.60). Termasuk sakramentali antara lain: pemberkatan air suci, berkat bathuk, berkat roti, buah atau doa sebelum sesudah makan, doa orang sakit, upacara pertunangan, upacara tobat, aneka ibadat berkat, pengusiran setan, dan aneka doa.
2.2. Liturgi Sabda.
Pusat dan pokok dari liturgi sabda adalah Kitab Suci. Konsili Vatikan II mengajarkan dengan jelas bahwa, “supaya tampak dengan jelas bahwa dalam liturgi, upacara dan sabda berhubungan erat, maka: (1) dalam perayaan-perayaan suci hendaknya dimasukkan bacaan Kitab Suci yang lebih banyak, lebih bervariasi, dan lebih sesuai; (2) dalam rubrik-rubrik hendaknya dicatat juga, sejauh tata upacara mengizinkan, saat yang lebih tepat untuk kotbah, sebagai bagikan perayaan liturgi. Dan pelayanan pewartaan hendaknya dilaksanakan dengan amat tekun dan seksama. Bahannya terutama hendaknya bersumber pada Kitab Suci dan Liturgi, sebab kotbah merupakan pewartaan keajaiban-keajaiban Allah dalam sejarah keselamatan dan misteri Kristus, yang selalu hadir dan berkarya di tengah kita, teristimewa dalam perayaan-perayaan liturgi” (SC 35,1 dan 2).
2.2.1. Susunan Pokok Liturgi Sabda.
Bacaan I
Mazmur Tanggapan
Bacaan II
Bait Pengantar Injil: Alleluia
Bacaan Injil
Homili/Kotbah
Credo
Doa Umat
2.3. Liturgi Harian
Liturgi ini merupakan ibadat harian atau ofisi yang mengungkapkan dimensi pokok “Gereja yang berdoa” (ecclesia orans) –bdk Kis 1;14; 2:42. Tekanan liturgi harian adalah pengudusan hari dan waktu. Hal ini ditegaskan oleh Konsili Vatikan II, “Berdasarkan tradisi kuno, Ibadat Harian disusun sedemikian rupa, sehingga seluruh kurun hari dan malam disucikan dengan pujian kepada Allah” (SC art.84).
2.3.1. Macam Ibadat Harian.
Pembukaan ibadat harian (Invitatorium)
Ibadat Bacaan (Matutinum)
Ibadat Pagi (Laudes)
Ibadat Siang
Ibadat Sore (Vesper)
Ibadat Penutup (Kompletorium)
3. Bagaimana Merayakan Liturgi?
Pada prinsipnya, merayakan liturgi berarti merayakan iman bersama akan Kristus, Wahyu Allah, dan Penyelamat dalam persekutuan Roh Kudus. Merayakan liturgi adalah ‘kerja bakti’ memuliakan Allah. Namanya saja kerja bakti, tentu di dalamnya unsur “gotong royong” yang menjadi ciri khas budaya bangsa kita, bukanlah sesuatu yang asing dan sulit untuk kita lakukan. Hanya bedanya, ke’gotong-royong’an itu kita tempatkan dalam kerangka perayaan keagamaan yaitu perayaan iman.
Gotong royong, atau kerja bakti tentu modal utamanya adalah kehendak dan kemauan untuk terlibat serta kesadaran bahwa saya adalah bagian dari warga, yang sadar hak serta kewajiban untuk terlibat di dalamnya dengan sukahati dan kerelaan. Oleh karena itu, jelas pula bahwa perayaan liturgi juga menganut semangat yang sama dengan gotong royong / kerja bakti itu.
4. Target Sasaran Konkrit “Merayakan Liturgi”?
Perayaan liturgi yang baik akan mendukung terwujudnya “terlibat-berbagi-berkat”, dimana masing-masing warga Gereja ikut serta ambil bagian untuk “kerja bakti” dalam liturgi, sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing. Dengan kata lain, perayaan liturgi itu sendiri mewujudkan Gereja.
4.1. Merayakan Liturgi Lingkungan.
Sejak tahun 2008, lingkungan-lingkungan di Paroki Santa Maria ini sudah mulai diberdayakan baik dari segi kegiatan-kegiatan lingkungan, kemandirian lingkungan, maupun juga pelayanan liturgi. Ekaristi Lingkungan sudah dijadwalkan secara rutin, Ekaristi Ujub juga mulai dikembangkan dan sungguh berkembang dengan baik, kor lingkungan juga mulai diberdayakan (2009), devosi-devosi mulai berkembang, tim-tim kerja dan pengurus harian lingkungan mulai dibentuk dan diberdayakan. Kiranya hal-hal itu, antara lain, menjadi potensi yang sangat besar untuk semakin mengembangkan lingkungan sebagai Gereja konkrit di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, supaya potensi-potensi di lingkungan semakin bertumbuh dan berkembang efektif, kiranya pada tahun 2010 ini perlu target konkrit agar apa yang hendak kita capai, selaras dengan visi-misi Gereja kita, dapat terwujud nyata. Salah satu yang hendak saya usulkan adalah dalam bidang liturgi, khususnya adalah Pemberdayaan Tim Kerja Liturgi Lingkungan.
Tim Kerja liturgi lingkungan mencakup tugas-tugas yang berkaitan dengan perayaan liturgi di lingkungan seperti ekaristi, ibadat, doa dan devosi, pendalaman iman dan kitab suci, kor, dan paramenta. Perayaan ini tentu saja adalah perayaan bersama seluruh umat lingkungan. Oleh karena itu, tim kerja liturgi lingkungan sangat berperan untuk mendukung terciptanya Gereja Lingkungan yang mandiri.
4.1.1. Dalam Hal Persiapan Perayaan Liturgi.
Tim liturgi lingkungan hendaknya melakukan koordinasi untuk mempersiapan perayaan liturgi lingkungan dengan sebaik-baiknya, seperti mempersiapkan peralatan liturgi seperti peralatan misa/ibadat/doa, buku-buku dan panduan, kor, petugas, tema-tema liturgi yang dirayakan, pelatihan-pelatihan liturgi (kerjasama dengan tim liturgi paroki) dan lain-lainnya.
4.1.2. Dalam Hal Pelaksanaan Perayaan Liturgi.
Tim liturgi lingkungan hendaknya mengkoordinasi pelaksanaan perayaan liturgi lingkungan misalnya memimpin doa persiapan, pengecekan peralatan, buku dan panduan, petugas, dan lain sejenisnya.
4.1.3. Dalam Hal Evaluasi Pelaksanaan Perayaan Liturgi.
Tim liturgi lingkungan hendaknya perlu untuk mengevaluasi setiap kegiatan liturgi lingkungan agar dapat dikembangkan lebih baik lagi untuk semakin mengarah pada sasaran dan tujuan perayana liturgi tersebut, yaitu tercapainya keterlibatan seluruh umat dan tercapainya iman yang mendalam.
Sumber : http://blencong-laskargusti.blogspot.com