Memahami Ritus Damai
Dalam Ritus Damai (Ritus Pacis) Imam selebran mengingatkan umat beriman bahwa Yesus berjanji untuk memberikan rasul-rasul-Nya damai dan meninggalkan mereka dengan damai-Nya. Sebab itu seluruh umat diundang untuk membagikan damai dengan orang-orang sekelilingnya. Sebelum kita menerima Yesus dalam Komuni Kudus, kita berdoa untuk damai dalam dunia dan memberikan tanda cinta kita kepada satu sama lain. Yesus mengajarkan kita bahwa pada saat mempersembahkan persembahan di atas altar dan kita ingat akan sesuatu yang ada dalam hati saudara terhadap kita, kita harus meninggalkan persembahan kita dan pergi berdamai dahulu dengannya (bdk. Mat 5:23) Pada saat kita menyiapkan diri untuk menerima Yesus di dalam Komuni Kudus, adalah sangat penting bahwa kita berada dalam kerukunan – dalam kesatuan – dengan satu sama lain (PUMR 82).
Doa Damai adalah doa yang hanya diucapkan oleh imam selebran saja karena bersifat kristologis. Ia mengatup tangan berdoa: “Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah bersabda kepada para Rasul, damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu. Tuhan Yesus Kristus jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa. Kemudian, seluruh umat mengakhirinya dengan menyerukan, Amin.”
Ritus damai dilaksanakan setelah doa Bapa Kami sebagai persiapan untuk menyambut Komuni. Maksud penempatan ritus damai setelah doa Bapa kami: “Gereja memohon damai dan kesatuan bagi Gereja sendiri dan bagi seluruh umat manusia, sedangkan umat beriman menyatakan persekutuan dan cinta kasih satu sama lain sebelum dipersatukan dengan Tubuh Kristus. Maka, Salam Damai yang dilakukan bukan pertama-tama untuk saling memaafkan, akan tetapi lebih untuk mengungkapkan persekutuan dan kesatuan hidup bersama dalam damai.
Doa Damai sebenarnya doa yang hanya diucapkan oleh imam saja, dan umat menjawab dengan kata “Amin”. Kebiasaan umat yang ikut mengucapkan Doa Damai tidak sesuai dengan makna liturgis doa ini.
Salam Damai di antara umat beriman bukanlah untuk saling memaafkan, tetapi pertama-tama untuk menyatakan persekutuan dan cinta kasih umat satu sama lain sebelum dipersatukan dengan Tubuh Kristus.
Ada 3 bagian ritus damai: (1) Undangan imam kepada umat untuk berdoa, sekaligus doa imam untuk mohon damai. Damai yang dimohon bukan sekedar damai karena tidak adanya perang atau konflik. Damai menurut arti kata Ibrani-Aram: shalom menunjuk pengertian yang mencakup seluruh dimensi penyelamatan Mesias, termasuk lahir dan batin, jiwa dan badan. (2) Sapaan imam kepada umat: “Damai Tuhan bersamamu”, berarti Damai Tuhan menyertai umat. Saat imam mengucapkan “Damai Tuhan bersamamu”, imam semestinya merentangkan tangan lebar-lebar, seolah-olah hendak memeluk semua umat. (3) Imam dan umat beriman saling memberikan salam damai dengan bersalaman atau membungkuk; atau di tempat tertentu saling berpelukan atau mencium. Tapi sebaiknya diserahkan kepada kebiasaan masing-masing daerah sesuai ketentuan Konferensi Uskup.
Sumber : Martasudjita,E.Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005.
Fr. Antonius Pramono, www.reginacaeli.org
Doa Damai adalah doa yang hanya diucapkan oleh imam selebran saja karena bersifat kristologis. Ia mengatup tangan berdoa: “Tuhan Yesus Kristus, Engkau telah bersabda kepada para Rasul, damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu. Tuhan Yesus Kristus jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa. Kemudian, seluruh umat mengakhirinya dengan menyerukan, Amin.”
Ritus damai dilaksanakan setelah doa Bapa Kami sebagai persiapan untuk menyambut Komuni. Maksud penempatan ritus damai setelah doa Bapa kami: “Gereja memohon damai dan kesatuan bagi Gereja sendiri dan bagi seluruh umat manusia, sedangkan umat beriman menyatakan persekutuan dan cinta kasih satu sama lain sebelum dipersatukan dengan Tubuh Kristus. Maka, Salam Damai yang dilakukan bukan pertama-tama untuk saling memaafkan, akan tetapi lebih untuk mengungkapkan persekutuan dan kesatuan hidup bersama dalam damai.
Doa Damai sebenarnya doa yang hanya diucapkan oleh imam saja, dan umat menjawab dengan kata “Amin”. Kebiasaan umat yang ikut mengucapkan Doa Damai tidak sesuai dengan makna liturgis doa ini.
Salam Damai di antara umat beriman bukanlah untuk saling memaafkan, tetapi pertama-tama untuk menyatakan persekutuan dan cinta kasih umat satu sama lain sebelum dipersatukan dengan Tubuh Kristus.
Ada 3 bagian ritus damai: (1) Undangan imam kepada umat untuk berdoa, sekaligus doa imam untuk mohon damai. Damai yang dimohon bukan sekedar damai karena tidak adanya perang atau konflik. Damai menurut arti kata Ibrani-Aram: shalom menunjuk pengertian yang mencakup seluruh dimensi penyelamatan Mesias, termasuk lahir dan batin, jiwa dan badan. (2) Sapaan imam kepada umat: “Damai Tuhan bersamamu”, berarti Damai Tuhan menyertai umat. Saat imam mengucapkan “Damai Tuhan bersamamu”, imam semestinya merentangkan tangan lebar-lebar, seolah-olah hendak memeluk semua umat. (3) Imam dan umat beriman saling memberikan salam damai dengan bersalaman atau membungkuk; atau di tempat tertentu saling berpelukan atau mencium. Tapi sebaiknya diserahkan kepada kebiasaan masing-masing daerah sesuai ketentuan Konferensi Uskup.
Sumber : Martasudjita,E.Pr., Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral, Yogyakarta: Kanisius 2005.
Fr. Antonius Pramono, www.reginacaeli.org