Doa Syukur Agung (DSA)
DSA merupakan puncak dan pusat Perayaan Ekaristi. Dalam DSA Gereja mempersembahkan pujian syukur kepada Allah Bapa, karena Ia menciptakan jagad raya, teristimewa karena Ia menyelamatkan manusia dengan perantaraan Kristus.
Ada sepuluh macam DSA yang memiliki ciri khasnya tersendiri, dan dapat dipilih sesuai tema Perayaan Ekaristi.
Imam memimpin dan membawakan DSA atas nama umat. Umat mengambil bagian dalam DSA dengan iman, dengan doa dalam hati, dengan beberapa seruan (aklamasi) yang memang diperuntukan bagi umat, antara lain:
a. Dialog Pembuka
DSA dibuka dengan dialog pembuka antara imam dengan umat. Imam mengajak umat untuk mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berdoa dan bersyukur. Dengan demikian, seluruh umat yang hadir disertakan dalam doa ini.
b. Prefasi
Kemudian imam mendoakan prefasi. Prefasi mengungkapkan alasan konkrit untuk memuji dan memuliakan Allah. Pada umumnya alasan itu berhubungan erat dengan karya Allah dalam mencipta dan menebus alam semesta. Atas nama seluruh umat, imam memuji Allah Bapa dan bersyukur kepada-Nya atas seluruh karya penyelamatan. Agar prefasi sungguh menjadi ucapan syukur kita, kita sebaiknya juga mengingat dan mensyukuri kebaikan Allah dalam hidup kita sendiri.
c. Kudus
Tergerak oleh kebaikkan Allah yang melimpah disampaikan dalam prefasi, umat dengan penuh kegembiraan bersatu dengan Gereja surgawi, dengan para Malaikat dan para kudus, mengumandangkan madah Kudus. Menurut Alkitab, seruan kudus merupakan seruan surgawi. Nabi Yesaya melihat Allah duduk di atas singgasana mulia, dan para malaikat berdiri dihadapan-Nya sambil bernyanyi:
“Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemulian-Nya”
Ada sepuluh macam DSA yang memiliki ciri khasnya tersendiri, dan dapat dipilih sesuai tema Perayaan Ekaristi.
Imam memimpin dan membawakan DSA atas nama umat. Umat mengambil bagian dalam DSA dengan iman, dengan doa dalam hati, dengan beberapa seruan (aklamasi) yang memang diperuntukan bagi umat, antara lain:
- Aklamasi Anamnese, yaitu seruan pengenangan akan karya penebusan Tuhan sesudah Konsekrasi. Dapal TPE disediakan 6 cara melagukan / mengucapkan Aklamasi Anamnese ini (TPE, hal 335-338). Aklamasi Anamnese tidak diakhiri dengan seruan “Amin”
- Seruan “Amin” setelah Doksologi. Dengan seruan “Amin”, umat menyatakan keterlibatannya dalam seluruh DSA sengan sepenuh hati. Seruan Amin dapat dilagukan 3 kali, terutama ketika imam membawakan doksologi dengan cara menyanyikannya.
- DSA ke IX dan X, dikhususkan untuk Misa Bersama Anak-anak, ada beberapa seruan lain, yaitu “Terpujilah Engkau yang menyanyangi kami”, “Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan. Terpujilan Engkau di surga”, “Terpujilah Engkau yang menyatukan kami”, “Ya Allah, Engkau sungguh baik hati. Trimalah persembahan pujian kami.” (Lihat TPE hal 193 – 208).
a. Dialog Pembuka
DSA dibuka dengan dialog pembuka antara imam dengan umat. Imam mengajak umat untuk mengarahkan hati kepada Tuhan dengan berdoa dan bersyukur. Dengan demikian, seluruh umat yang hadir disertakan dalam doa ini.
b. Prefasi
Kemudian imam mendoakan prefasi. Prefasi mengungkapkan alasan konkrit untuk memuji dan memuliakan Allah. Pada umumnya alasan itu berhubungan erat dengan karya Allah dalam mencipta dan menebus alam semesta. Atas nama seluruh umat, imam memuji Allah Bapa dan bersyukur kepada-Nya atas seluruh karya penyelamatan. Agar prefasi sungguh menjadi ucapan syukur kita, kita sebaiknya juga mengingat dan mensyukuri kebaikan Allah dalam hidup kita sendiri.
c. Kudus
Tergerak oleh kebaikkan Allah yang melimpah disampaikan dalam prefasi, umat dengan penuh kegembiraan bersatu dengan Gereja surgawi, dengan para Malaikat dan para kudus, mengumandangkan madah Kudus. Menurut Alkitab, seruan kudus merupakan seruan surgawi. Nabi Yesaya melihat Allah duduk di atas singgasana mulia, dan para malaikat berdiri dihadapan-Nya sambil bernyanyi:
“Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemulian-Nya”