Cara Melaksanakan Tugas Liturgi sebagai Organis Gereja
Menjadi Organis di Gereja berarti menjadi petugas liturgi. Kita menjalankan tugas pertama-tama untuk melayani Tuhan dan umat-Nya, demi semakin besarnya kemuliaan Tuhan. Saya sangat tidak setuju dengan kasus di mana ada anggota koor yang menyewa organis yang bukan beragama Katolik untuk mengiringi Misa/Ibadat devosi lainnya.
Catatan ini berasal dari pengalaman saya sebagai organis. Saya sharingkan di sini untuk mengingatkan kembali kita semua, terutama bagi para organis pemula, tentang bagaimana menjadi organis Gereja yang baik, dan yang tidak bertentangan dengan pedoman Liturgi Gereja.
1. Datang lebih dahulu sebelum misa/ibadat dimulai. Akan sangat mengganggu kalau umat sudah memulai dengan ibadat dan petugasnya muncul dengan tergopoh-gopoh, langsung mengejar nyanyian umat dengan iringan organ. Sambil menunggu waktu mulainya ibadat, Anda bisa memainkan lagu-lagu instrumental.
2. Berdoa sebelum memainkan organ. Tak perlu panjang-panjang. Saya suka menyapa St Caecilia, pelindung koor dan Organis Gereja.
3. Kenali tema dan corak ibadat yang mau dirayakan. Misa atau ibadat devosional (Rosario, jalan Salib)? Masa Adven dan Prapaskah tentu berbeda dengan Natal dan Paskah. Demikian juga, misa/ibadat syukur dengan misa/ibadat arwah. Hal ini akan membantu dalam pemilihan register dan lagu-lagu. Menurut pengalaman saya, kadang-kadang kita juga harus menjadi dirigen sekaligus. Dalam hal ini, aba-abanya berdasar pada tekhnik memainkan organ.
3. Selalu ingat bahwa tugas kita adalah mengiringi nyanyian umat dan nyanyian koor. Usahakan agar bunyi organ tidak menutupi suara umat atau koor. Waktu memberi intro, volumenya bisa lebih keras namun setelah umat ikut bernyanyi, segera turunkan volume suara organ. Dalam hal ini, organ dengan pedal volume akan lebih efektif daripada organ dengan pengaturan volume manual.
4. Memberikan nada dasar yang tepat untuk pemimpin ibadat. Dalam kegiatan ibadat beberapa bagian dinyanyikan oleh pemimpin ibadat: misalnya Tanda Salib, Ajakan Berdoa, Prefasi Misa, dsb. Berikan intro singkat dengan nada dasar yang sesuai. Untuk pemimpin/ imam, nada dasar biasanya berkisar pada E – G. Untuk itu bila dirasa perlu hubungi pemimpin ibadat sebelum ibadat dimulai.
5. Ketika Misa/ibadat selesai, bisa dimainkan lagu-lagu intrumental mengiringi keluarnya umat dari Gereja. Ini sangat membantu untuk menutupi kebisingan atau crowd noise. Yah, lagu instrumentalia gerejawi/rohani, bukan yang dari Gun’s Roses.
Selain itu kita juga perlu berlatih secara tetap dan teratur. Jangan merasa semuanya sudah selesai setelah kita dipercaya untuk mengiringi dalam ibadat. Di luar jam ibadat, sediakan waktu luang untuk berlatih. Asah dan kembangkan terus kemampuan yang kita miliki. Bukankah ketrampilan bermain organ itu suatu talenta? Sebenarnya ketika kita berhenti memainkan organ, saat itu kita BUKAN organis.
Nah, saya pikir cukup dulu beberapa hal ini. Bagaimana menurut Anda?
Sumber :
http://romopatris.blogspot.com/2013/11/cara-melaksanakan-tugas-liturgi-sebagai.html
Catatan ini berasal dari pengalaman saya sebagai organis. Saya sharingkan di sini untuk mengingatkan kembali kita semua, terutama bagi para organis pemula, tentang bagaimana menjadi organis Gereja yang baik, dan yang tidak bertentangan dengan pedoman Liturgi Gereja.
1. Datang lebih dahulu sebelum misa/ibadat dimulai. Akan sangat mengganggu kalau umat sudah memulai dengan ibadat dan petugasnya muncul dengan tergopoh-gopoh, langsung mengejar nyanyian umat dengan iringan organ. Sambil menunggu waktu mulainya ibadat, Anda bisa memainkan lagu-lagu instrumental.
2. Berdoa sebelum memainkan organ. Tak perlu panjang-panjang. Saya suka menyapa St Caecilia, pelindung koor dan Organis Gereja.
3. Kenali tema dan corak ibadat yang mau dirayakan. Misa atau ibadat devosional (Rosario, jalan Salib)? Masa Adven dan Prapaskah tentu berbeda dengan Natal dan Paskah. Demikian juga, misa/ibadat syukur dengan misa/ibadat arwah. Hal ini akan membantu dalam pemilihan register dan lagu-lagu. Menurut pengalaman saya, kadang-kadang kita juga harus menjadi dirigen sekaligus. Dalam hal ini, aba-abanya berdasar pada tekhnik memainkan organ.
3. Selalu ingat bahwa tugas kita adalah mengiringi nyanyian umat dan nyanyian koor. Usahakan agar bunyi organ tidak menutupi suara umat atau koor. Waktu memberi intro, volumenya bisa lebih keras namun setelah umat ikut bernyanyi, segera turunkan volume suara organ. Dalam hal ini, organ dengan pedal volume akan lebih efektif daripada organ dengan pengaturan volume manual.
4. Memberikan nada dasar yang tepat untuk pemimpin ibadat. Dalam kegiatan ibadat beberapa bagian dinyanyikan oleh pemimpin ibadat: misalnya Tanda Salib, Ajakan Berdoa, Prefasi Misa, dsb. Berikan intro singkat dengan nada dasar yang sesuai. Untuk pemimpin/ imam, nada dasar biasanya berkisar pada E – G. Untuk itu bila dirasa perlu hubungi pemimpin ibadat sebelum ibadat dimulai.
5. Ketika Misa/ibadat selesai, bisa dimainkan lagu-lagu intrumental mengiringi keluarnya umat dari Gereja. Ini sangat membantu untuk menutupi kebisingan atau crowd noise. Yah, lagu instrumentalia gerejawi/rohani, bukan yang dari Gun’s Roses.
Selain itu kita juga perlu berlatih secara tetap dan teratur. Jangan merasa semuanya sudah selesai setelah kita dipercaya untuk mengiringi dalam ibadat. Di luar jam ibadat, sediakan waktu luang untuk berlatih. Asah dan kembangkan terus kemampuan yang kita miliki. Bukankah ketrampilan bermain organ itu suatu talenta? Sebenarnya ketika kita berhenti memainkan organ, saat itu kita BUKAN organis.
Nah, saya pikir cukup dulu beberapa hal ini. Bagaimana menurut Anda?
Sumber :
http://romopatris.blogspot.com/2013/11/cara-melaksanakan-tugas-liturgi-sebagai.html