Minggu, 03 Maret 2013

Mengenal Misa Krisma

Print Friendly and PDF

Setiap tahun, di setiap keuskupan di dunia, imam, diakon dan umat beriman berkumpul bersama Uskupnya untuk merayakan Misa Krisma. Misa Krisma ini biasanya dirayakan pada hari Kamis Putih pagi. Namun bisa juga pada hari-hari sebelumnya pada pekan suci, ataupun di luar pekan suci asal masih dekat dengan Paskah, dengan melihat situasi dan kondisi keuskupan masing-masing, sehingga para imam sekeuskupan bisa hadir dan umat beriman sekeuskupan pun bisa berpartisipasi dalam misa krisma ini.

Pada Misa Krisma, uskup memberkati (menguduskan) minyak Krisma dan minyak katekumen serta minyak untuk pengurapan orang sakit. Selain itu dalam misa ini ada Pembaharuan Janji Imamat. Para imam, di hadapan uskup dan umat beriman yang hadir, membaharui janji imamatnya.

Mengapa disebut “Misa Krisma” ?

Disebut “Misa Krisma” karena dalam perayaan ini minyak krisma dikonsekrir (dikuduskan); minyak ini segera akan digunakan pada perayaan Malam Paskah dalam upacara pembabtisan para katekumen, selainnya nantinya minyak krisma juga digunakan sepanjang tahun untuk penerimaan Sakramen Pembabtisan, penerimaan Sakramen Krisma, pengurapan pada saat pentahbisan imam, pentahbisan (pemberkatan) altar dan/atau gedung gereja baru, serta pemberkatan benda/barang kudus lainnya seperti piala, patena, sibori, dsb.

Bersama dengan upacara pemberkatan minyak krisma yang menjadi fokus dari perayaan ini, disertai juga pemberkatan minyak untuk pelayanan Sakramen Orang Sakit, dan pemberkatan minyak katekumen, yang digunakan dalam perayaan penerimaan katekumen bagi orang dewasa.

Pembaharuan Janji Imamat

Umat beriman dan para iman yang berkarya di keuskupan diundang hadir dalam Misa Krisma ini. Hal ini untuk mengungkapkan persekutuan Gereja lokal (diosesan) di bawah kepemimpinan Uskup. Maka Misa Krisma merupakan ungkapan persekutuan Gereja Keuskupan, yang di dalamnya selain uapacara pemberkatan minyak krisma, ada pembaharuan JANJI IMAMAT. Uskup membaharui janjinya sebagai gembala umat di hadapan umat beriman dan para imam (pastor) pembantunya. Demikian juga kalau ada Uskup Pembantu (uskup koajutor atau auxilier), dia juga membuat pembaharuan janjinya di hadapan uskup pimpinannya dan umat beriman yang hadir. Para imam (dan juga diakon) membaharui janji imamatnya di hadapan uskup dan umat sebagaimana mereka telah ungkapkan pada saat tahbisan. Intinya dalam pembaharuan janji imamat ini mereka berjanji : untuk hidup yang lebih bersatu dengan Tuhan Yesus Kristus, berusaha untuk menjadi seperti Dia dalam tugas-tugas pelayanan, meninggalkan diri untuk lebih setia kepada komitmen yang telah diikrarkan saat tahbisan: komitmen untuk merayakan Ekaristi dan pelayanan Sakramen-sakramen Gereja, memaklumkan Sabda Tuhan dan melaksanakan pelayanan karya Cinta Kasih Kristus. Komitmen yang mendapat pengukuhannya dalam pengurapan imamat.

Simbolisme Pengurapan

Kata Yunani « khrisma » yang berarti urapan atau pengurapan. Yesus adalah Kristus yang artinya Dia yang terurapi (Messias). Maka « khrisma » (pengurapan) yang telah melekat pada diri Kristus Yesus, telah diberikan kepada kita pengikutNya dalam sakramen babtis dan krisma, sebagai imamat umum, juga diberikan kepada imam sebagai imamat jabatan. Simbol dasarnya adalah minyak, yang terbuat dari minyak zaitun, dan untuk menjadi minyak krisma harus dicampur balsam, suatu damar aromatik sebagai pengharum. Orang yang diurapi sebagai raja dan imam di Israel, yang diserap oleh kuasa ilahi. Aromanya menunjukkan simbol adanya seseorang (sesuatu), yang tidak terlihat atau terdengar. Rasul Paulus mengatakan: “… kami adalah aroma Kristus…” (2 Kor 2, 15), artinya Kristus yang tak terlihat dan terdengar hadir dalam diri mereka yang telah terurapi.

Terdapat berbagai referensi Kitab Suci yang menyatakan pentingnya minyak zaitun dalam kehidupan sehari-hari. Minyak digunakan : untuk memasak, teristimewa dalam membuat roti, makanan pokok (bdk. Bil 11:7-9); sebagai bahan bakar untuk pelita (bdk. Mat 25:1-9); dan sebagai obat-obatan (bdk. Yes 1:6 dan Luk 10:34). Minyak juga digunakan untuk mempercantik penampilan seseorang (bdk. Rut 3:3) dan untuk memburat jenazah sebelum dimakamkan (bdk. Mrk 16:1). Dalam praktek keagamaan, orang Yahudi menggunakan minyak untuk mempersembahkan kurban (bdk. Kel 29:40); mendirikan suatu tugu peringatan untuk menghormati dan menguduskan Tuhan (bdk. Kej 28:18); dan untuk menguduskan kemah pertemuan, tabut perjanjian, meja, kandil, mezbah pembakaran ukupan, mezbah korban bakaran, bejana pembasuhan (bdk. Kel 30:26-29). Penggunaan minyak jelas merupakan bagian dari hidup masyarakat sehari-hari.

Kitab Suci juga menegaskan simbolisme rohani dari minyak. Misalnya, dalam Mazmur 23:5 : “Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak,” untuk menggambarkan kemurahan dan kekuatan dari Tuhan; Mazmur 45, 8 : “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu,” ayat ini menggambarkan perutusan istimewa dari Tuhan dan sukacita menjadi hamba-Nya. “Diurapi” oleh Tuhan berarti menerima panggilan khusus dari Tuhan dalam kuasa Roh Kudus untuk menunaikan tugas panggilan itu. Yesus, dengan menggemakan kata-kata Yesaya, bersabda, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku” (Luk 4:18). Rasul Paulus menegaskan : “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor 1:21). Dari referensi Alkitab ini, simbolisme minyak memberi arti pengudusan, penyembuhan, pemberi kekuatan, tanda perkenanan, dedikasi, penyerahan diri dan kurban.

Liturgi kristen (katolik) tetap setia pada ritual kudus dari pengurapan ini, seraya memberi makna baru bahwa pengurapan yang telah ada dalam Perjanjian Lama itu terpenuhi secara paripurna dalam diri Yesus Kristus, Putera Allah terkasih. « Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku… » (Luk 4, 18 ; selengkapnya Luk 4, 16 – 20, yang merupakan bacaan Injil pada misa krisma ini).

Jadi bagi mereka yang mendapat pengurapan dari minyak ini akan mendapat daya kekuatan Roh Kudus (bdk. doa pemberkatan minyak krisma). Urapan dengan minyak krisma ini juga merupakan materi utama dari Sakramen Krisma suci (setiap sakramen ada forma dan materi). Selain itu minyak krisma merupakan materi sekunder dari sakramen babtis dan imamat. Harus diingat juga bahwa pengurapan merupakan tindakan pengudusan dan pengabdian kepada Allah ; dan juga tindakan untuk pemberkatan: gereja, altar atau barang-barang kudus lainnya.

Kalau ada kesempatan kita bisa menghadiri dan berpartisipasi dalam Misa Krisma ini di salah satu hari dalam pekan suci minggu depan sebelum Kamis Putih (sesuat jadwal yang ada di Keuskupan kita masing-masing). Hal ini menunjukkan partisipasi aktif kita dalam persekutuan Gereja lokal Diosesan dan ikut serta dalam konsekrasi minyak krisma serta pembaharuan janji imamat dari para gembala kita.

Sumber :
http://www.liturgiekaristi.wordpress.com

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP