Makna Liturgis dan Akar Tradisi Minggu Palma
Makna liturgis
• Memperingati Sengsara Tuhan dan masuknya Yesus Kristus ke kota Yerusalem sebagai Mesias.
• Dua aspek liturgi sekaligus berpadu dalam satu perayaan yang merupakan karakter dasar misteri paskah; penderitaan dan kemuliaan.
-Per crucem ad lucem
-Per aspera ad astra
-Dalla stalla alla stella
-Pathei mathos
• Dimulai dengan karakter ritual yang penuh kegembiraan dan triumphalis Yesus sebagai Raja yang diungkapkan dengan prosesi meriah. Kemudian dilanjutkan dengan kisah sengsara-Nya. Jadi Minggu Palma merupakan paduan dari dua perasaan kegembiraan dan kesedihan.
• Prosesi hanya satu kali saja pada hari tersebut.
• Dalam prosesi imam mendahului umat.
• Ada dua macam prosesi: Prosesi meriah di dan dalam gereja; prosesi sederhana dilakukan dalam gereja.
• Kisah sengsara bisa dinyanyikan atau dibacakan, tetapi peran Kristus harus dipegang oleh imam saja.
• Harus ada homili.
Akar Tradisi
* Sejak abad ke-5 (menurut Egeria) sudah dipraktekan liturgi palma ini. Liturginya dilakukan siang hari di Bukit Zaitun dalam suatu liturgi sabda dan sore harinya dilakukan prosesi menuju kota Yerusalem.
* Gereja Barat mentransfer tradisi tersebut hingga masa kini.
* Pada tahun 600-an di Spanyol sudah ada tradisi penggunaan daun palma ini dalam liturgi tetapi tanpa prosesi.
* Dalam abad pertengahan prosesi tampak lebih dramtis dan teateral. Dalam prosesi peran Yesus secara simbolik dipresentasikan Kitab Suci atau salib.
* Tradisi Gereja Jerman, tokoh Yesus dalam prosesi menunggang keledai.
Daun palma memiliki kekuatan apotropaic untuk “tolak bala”, untuk melindungi dan mencegah rumah, kebun, ternak dari gangguan iblis dan roh-roh jahat.
Kepercayaan pada daun palma ini kemudian hari dikristianisasi / ditransvaluasi. Daun palma bermakna kemenangan atas maut. Suatu ungkapan penghormatan pada penebus yang mengalahkan maut.
Dalam tradisi kristen kemudian hari toh masih bermakna magis masih terasa. Alkisah bahwa kadang ada orang-orang tertentu yang memakan pucuk daun palma dengan harapan dapat menangkal gangguan dari benbagai penyakit. Kadang pohon-pohon palma ditanam dalam format tanda salib di halaman rumah atau di kebun-kebun. Dengan maksud agar tidak terjadi berbagai bencana alam seperti air bah, badai, termasuk menangkal hama dan serangan binatang buas. Bahkan untuk menangkal serangan musuh suatu desa atau daerah mesti menanam pohon palma.
Kepercayaan terhadap daun palma itu semakin diperkuat justru bagi orang katolik karena adanya ritus pemberkatan daun palma tersebut.
Pada masa kini prosesi daun palma itu dipahami sebagai ekspresi/ungkapan iman, harapan dan kasih pada Kristus. Saat mengungkapkan glorifikasi akan kemenangan Kristus.
Sumber :
http://liturgiekaristi.wordpress.com/category/b-pra-paskah-dan-pekan-suci/2-minggu-palma/
• Memperingati Sengsara Tuhan dan masuknya Yesus Kristus ke kota Yerusalem sebagai Mesias.
• Dua aspek liturgi sekaligus berpadu dalam satu perayaan yang merupakan karakter dasar misteri paskah; penderitaan dan kemuliaan.
-Per crucem ad lucem
-Per aspera ad astra
-Dalla stalla alla stella
-Pathei mathos
• Dimulai dengan karakter ritual yang penuh kegembiraan dan triumphalis Yesus sebagai Raja yang diungkapkan dengan prosesi meriah. Kemudian dilanjutkan dengan kisah sengsara-Nya. Jadi Minggu Palma merupakan paduan dari dua perasaan kegembiraan dan kesedihan.
• Prosesi hanya satu kali saja pada hari tersebut.
• Dalam prosesi imam mendahului umat.
• Ada dua macam prosesi: Prosesi meriah di dan dalam gereja; prosesi sederhana dilakukan dalam gereja.
• Kisah sengsara bisa dinyanyikan atau dibacakan, tetapi peran Kristus harus dipegang oleh imam saja.
• Harus ada homili.
Akar Tradisi
* Sejak abad ke-5 (menurut Egeria) sudah dipraktekan liturgi palma ini. Liturginya dilakukan siang hari di Bukit Zaitun dalam suatu liturgi sabda dan sore harinya dilakukan prosesi menuju kota Yerusalem.
* Gereja Barat mentransfer tradisi tersebut hingga masa kini.
* Pada tahun 600-an di Spanyol sudah ada tradisi penggunaan daun palma ini dalam liturgi tetapi tanpa prosesi.
* Dalam abad pertengahan prosesi tampak lebih dramtis dan teateral. Dalam prosesi peran Yesus secara simbolik dipresentasikan Kitab Suci atau salib.
* Tradisi Gereja Jerman, tokoh Yesus dalam prosesi menunggang keledai.
Daun palma memiliki kekuatan apotropaic untuk “tolak bala”, untuk melindungi dan mencegah rumah, kebun, ternak dari gangguan iblis dan roh-roh jahat.
Kepercayaan pada daun palma ini kemudian hari dikristianisasi / ditransvaluasi. Daun palma bermakna kemenangan atas maut. Suatu ungkapan penghormatan pada penebus yang mengalahkan maut.
Dalam tradisi kristen kemudian hari toh masih bermakna magis masih terasa. Alkisah bahwa kadang ada orang-orang tertentu yang memakan pucuk daun palma dengan harapan dapat menangkal gangguan dari benbagai penyakit. Kadang pohon-pohon palma ditanam dalam format tanda salib di halaman rumah atau di kebun-kebun. Dengan maksud agar tidak terjadi berbagai bencana alam seperti air bah, badai, termasuk menangkal hama dan serangan binatang buas. Bahkan untuk menangkal serangan musuh suatu desa atau daerah mesti menanam pohon palma.
Kepercayaan terhadap daun palma itu semakin diperkuat justru bagi orang katolik karena adanya ritus pemberkatan daun palma tersebut.
Pada masa kini prosesi daun palma itu dipahami sebagai ekspresi/ungkapan iman, harapan dan kasih pada Kristus. Saat mengungkapkan glorifikasi akan kemenangan Kristus.
Sumber :
http://liturgiekaristi.wordpress.com/category/b-pra-paskah-dan-pekan-suci/2-minggu-palma/