Homili Hari Raya Tritunggal Mahakudus/B
Hari Raya Tritunggal Mahakudus
Ul 4: 32-34.39-40
Mzm 33:4-5.6.9.18-19.20-22;
Rom 8:14-17
Mat 28:16-20
"Baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus"
Seorang Uskup pernah bertanya kepada anak-anak yang sedang menyiapkan diri untuk menerima Sakramen Krisma. “Apa artinya Trinitas?” tanya Bapa Uskup. Seorang anak menjawab dengan suara yang kecil dan tidak bisa didengar oleh Uskup. “Anakku,” kata Uskup, “Saya tidak mengerti apa yang sudah kau katakan.” Anak itu berkata kepada Uskup, “Baik, Bapa Uskup, Trinitas adalah sebuah misteri. Tak seorang pun dapat memahaminya.” Bapa Uskup tersenyum dan mengangguk sambil berkata, “Anak engkau dapat menjadi Uskup masa depan”.
Pada hari ini Gereja merayakan Hari raya Tritunggal Mahakudus. Ini adalah bagian inti dari iman dan kepercayaan kristiani. Kita Percaya pada Satu Allah dengan tiga pribadi yang berbeda Bapa, Putera dan Roh Kudus. Menurut Katekismus Gereja Katolik dikatakan bahwa pengakuan iman ini pertama kali diucapkan pada saat pembaptisan. Jadi pengakuan iman adalah pengakuan pembaptisan karena pembaptisan dilakukan dalam “Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19), maka kebenaran-kebenaran iman yang diakui waktu pembaptisan disusun sesuai hubungannya dengan Tiga Pribadi Tritunggal Mahakudus. (KGK 189). Dengan dasar ini maka setiap hari kita selalu menyapa Tritunggal dalam doa-doa kita. Kita selalu memulainya dengan Tanda Salib sebagai tanda kemenangan kita: “Dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus”
Bacaan-bacaan liturgi pada hari ini tidak memberikan presentasi yang jelas tentang doktrin Tritunggal Mahakudus. Doktrin Satu Allah dengan Tiga Pribadi yang berbeda tidak secara jelas diungkapkan di dalam Kitab Suci. Istilah Trintas sendiri tidak ditemukan di dalam Kitab Suci terutama Kitab Perjanjian Baru. Yang ada hanya deskripsi tertentu yang diajarkan oleh Yesus. Dalam Injil Matius misalnya, Yesus memerintahkan para muridNya untuk pergi, menjadikan segala bangsa murid-muridNya dan membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan umat di Roma untuk hidup damai, dan memohon berkat dari Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Yesus sendiri memanggil Allah sebagai Bapa “Abba” dan mengajar para muridNya untuk menyapa dengan sapaan yang sama, “Abba”. Yesus sendiri mengatakan tentang Roh Kudus, Roh yang keluar dari Bapa. Yesus sebagai Sabda dan Bapa adalah satu maka Roh Kudus yang sama yang dijanjikan sebagai penghibur dan pembela adalah Roh Yesus sendiri. Yesus juga mengatakan bahwa barangsiapa melihat Dia, melihat Bapa. Ini satu model persekutuan yang begitu ilahi dan utuh.
Dalam kategori pemikiran kita, Tiga Pribadi dari Satu Allah ini memiliki peranan sendiri-sendiri. Bapa sebagai pencipta, Putera sebagai Penebus, Roh Kudus yang menyucikan atau menguduskan. Yesus mengajar kita tentang persekutuanNya yang mendalam dengan Bapa dalam ikatan Roh Kudus. Yesus adalah Sabda yang ada sebelum dunia dijadikan. Kita dapat memahami Trinitas dalam peristiwa Inkarnasi. Malaikat Gabriel datang kepada Bunda Maria dan mengatakan bahwa Maria akan mengandung dari Roh Kudus. Malaikat adalah Utusan Allah Bapa, Maria mengandung Yesus (Putera) dan bahwa Roh Kudus turun atas Maria.
Di dalam sejarah keselamatan, Allah telah menaruh belas kasihNya kepada Umat Israel. Untuk itu Musa mengundang Umat Israel untuk bersyukur kepada Tuhan karena membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan mengarahkan mereka ke tanah terjanji. Maka Musa juga menginginkan supaya umat Israel untuk memiliki relasi yang mendalam dengan Tuhan. Mereka menjadi umat pilihan Allah dalam perjanjian yang dibuat oleh Yahwe bersama Musa mewakili Israel. Perjanjian Lama disempurnakan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru. Paulus mengingatkan mereka tentang kasih Bapa, rahmat melalui Yesus Kristus dalam persekutuan Roh Kudus. Roh Kudus yang mempersatukan pribadi-pribadi menjadi Anak Allah. Dengan demikian sapaan yang diucapkan Yesus menjadi juga sapaan setiap pribadi “Abba”, Ya Bapa!
Tentu saja warta sukacita Yesus ini harus diteruskan oleh para rasulNya. Ia memiliki rencana istimewa bagi para rasulNya untuk meneruskan pertumbuhan gereja yang dibangunNya di atas wadas. Ia berpesan kepada mereka untuk menjadikan segala bangsa murid Kristus dan membaptis mereka dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.
Kita kembali ke dialog Uskup dan anak-anak yang akan menerima sakramen Krisma. tepat sekali jawaban anak itu kepada Uskup, “Trinitas adalah sebuah misteri iman dan tidak dapat diselami oleh manusia”. Namun demikian kita dapat merasakanNya dalam pertumbuhan iman kita. Pesta Tritunggal Mahakudus adalah pesta cinta kasih sejati. Tritunggal adalah model cinta kasih yang saling memberi, saling melengkapi, menyempurnakan dan saling menguduskan.
Mari kita menghayati semangat ini di dalam hidup kita. Hal konkret yang dapat kita lakukan adalah bersyukur atas sakramen Pembaptisan karena menjadi saat dimana kita dikuduskan dalam Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kita juga diingatkan untuk membuat tanda salib yang benar: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budi (dahi), dengan sepenuh hatimu (di dada), dan seluruh kekuatanmu (di bahu kiri dan kanan). Atau Kasihilah Tuhan Allahmu (dahi), kasihilah dirimu sendiri (dada), dan kasihilah sesamamu (bahu kiri) dan kasihilah juga musuh-musuhmu (bahu kanan).
Doa: Ya Allah Tritunggal, jadikanlah kami kudus. Amen
Sumber : http://haniesto.blogspot.com/2012/06/homili-hari-raya-tritunggal-mahakudusb.html