Apa itu Novena?
oleh: Romo William P. Saunders *
Dalam artikel yang terakhir disinggung mengenai Novena bagi Arwah Semua Orang Beriman. Saya ingat, ibu saya biasa mendaraskan bermacam doa novena. Dapatkah dijelaskan asal-mula novena dan perannya dalam Gereja pada masa sekarang?
~ seorang pembaca di Springfield
Singkatnya, novena adalah doa pribadi atau doa bersama selama sembilan hari berturut-turut yang dipanjatkan guna mendapatkan suatu rahmat khusus, memohon suatu karunia khusus atau menyampaikan suatu permohonan khusus. Novena berasal dari kata Latin “novem” yang artinya “sembilan”. Seperti tampak dalam definisi di atas, novena selalu menyiratkan adanya kepentingan yang mendesak.
Dalam liturgi Gereja, novena dibedakan dari oktaf, yang sifatnya lebih pada perayaan, entah sebelum atau sesudah suatu pesta penting. Misalnya, dalam penanggalan liturgi Gereja, kita merayakan Oktaf sebelum Natal, di mana pendarasan antifon “O” membantu kita mempersiapan diri menyambut kelahiran Juruselamat kita. Kita juga merayakan Oktaf Natal dan Paskah, yang meliputi hari pesta itu sendiri dan tujuh hari sesudahnya, guna menekankan sukacita misteri-misteri yang dirayakan.
Sulit ditentukan dengan tepat, asal mula novena sebagai bagian dari harta rohani Gereja. Perjanjian Lama tidak mencatat adanya perayaan selama sembilan hari di kalangan bangsa Yahudi. Sebaliknya, dalam Perjanjian Baru, pada peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus, Tuhan memberikan Perutusan Agung kepada para rasul, dan kemudian menyuruh mereka untuk kembali ke Yerusalem dan menunggu datangnya Roh Kudus. Dalam Kisah Para Rasul dicatat, “Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama” (Kis 1:12, 14). Sembilan hari sesudahnya, Roh Kudus turun atas para rasul pada hari Pentakosta. Kemungkinan, “periode doa sembilan hari” yang dilakukan oleh para rasul inilah yang menjadi dasar dari doa novena.
Jauh sebelum kekristenan, bangsa Romawi kuno juga mempraktekkan doa selama sembilan hari demi berbagai macam kepentingan. Penulis Livy mencatat bagaimana doa sembilan hari itu dirayakan di Gunung Alban guna menolak bala atau murka para dewa seperti yang diramalkan oleh para tukang tenung. Begitu pula, doa sembilan hari dipersembahkan apabila suatu “hal baik” diramalkan akan terjadi. Keluarga-keluarga juga menyelenggarakan masa duka selama sembilan hari atas kematian orang yang dikasihi dengan suatu perayaan khusus sesudah pemakaman yang dilakukan pada hari kesembilan. Pula, bangsa Romawi merayakan parentalia novendialia, suatu novena tahunan (13-22 Februari) guna mengenangkan segenap anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Karena novena telah merupakan bagian dari budaya Romawi, ada kemungkinan umat Kristiani “membaptis” praktek kafir ini.
Apapun yang mungkin merupakan asal mula novena, di kalangan umat Kristiani perdana memang sungguh ada masa berkabung selama sembilan hari atas meninggalnya seseorang yang dikasihi. Maka, pada akhirnya, dipersembahkanlah suatu Misa novena bagi kedamaian kekal jiwa. Hingga sekarang, terdapat praktek novendialia atau Novena Paus, yang dilaksanakan apabila Bapa Suci berpulang, seperti yang kita saksikan saat wafatnya Paus Yohanes Paulus II yang terkasih.
Pada Abad Pertengahan, terutama di Spanyol dan Perancis, doa novena biasa dipanjatkan sembilan hari menjelang Natal, melambangkan sembilan bulan yang dilewatkan Tuhan kita dalam rahim Santa Perawan Maria. Doa novena khusus ini membantu umat beriman mempersiapkan diri merayakan dengan khidmad kelahiran Tuhan kita. Lama-kelamaan berbagai macam novena disusun guna membantu umat beriman mempersiapkan diri menyambut suatu pesta istimewa atau guna memohon pertolongan seorang kudus dalam suatu masalah tertentu. Beberapa novena populer yang secara luas biasa didaraskan di Gereja kita adalah Novena Medali Wasiat, Novena Hati Kudus Yesus, Novena Roh Kudus, Novena St Yosef, Novena St Yudas Tadeus, dan lain sebagainya.
Cukup sulit mengatakan mengapa kita tidak mendaraskan novena dalam ibadat bersama sesering sebelum Konsili Vatikan II. Saya pernah menanyakan hal ini kepada seorang imam senior, yang pada intinya mengatakan bahwa cukup banyak orang yang ikut ambil bagian dalam doa novena, tetapi melewatkan Misa Kudus. Padahal, sebagai umat Katolik, fokus terutama dalam spiritualitas dan sembah sujud bersama adalah Ekaristi dan Misa Kudus.
Juga, sebagian orang saya pikir telah menyelewengkan novena dengan takhayul. Di setiap paroki di mana saya pernah ditugaskan, selalu saja saya menemukan salinan Novena St Yudas Tadeus yang pada dasarnya menyatakan bahwa jika orang pergi ke Gereja selama sembilan hari berturut-turut dan meninggalkan salinan Novena St Yudas Tadeus, maka doanya akan dikabulkan - semacam surat berantai rohani; bagaikan mesin Katolik otomatis saja: seperti orang memasukkan uang ke dalam mesin penjual, lalu menekan tombol untuk mendapatkan cola yang diinginkannya; dalam hal ini orang mendaraskan doa-doa, pergi ke gereja, meninggalkan salinan doa, dan beranggapan bahwa dengan demikian doanya pastilah dikabulkan. Yang menyedihkan sekarang ini adalah orang bukan, setidak-tidaknya menyalin dengan tangan, melainkan sekedar memfotokopinya, dan yang terlebih parah, biasanya sayalah yang harus membereskan lembaran-lembaran doa ini yang ditinggalkan dan tercecer di seluruh ruang Gereja.
Walau demikian, novena masih mendapat tempat yang sah dan benar dalam spiritualitas Katolik. Dalam buku Pedoman Indulgensi tertulis, “Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang dengan tekun ikut ambil bagian dalam praktek saleh novena bersama yang diadakan sebelum perayaan Natal, atau Pentakosta, atau Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa.” Di sini, sekali lagi Gereja menekankan bahwa novena merupakan suatu praktek rohani yang saleh, yang memperteguh iman individu dan hendaknyalah individu sungguh tekun, dengan selalu mengingat kebajikan Tuhan yang senantiasa menjawab semua doa-doa kita menurut kehendak ilahi-Nya.
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Christendom's Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: What Is a Novena?” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2005 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”