Sabtu, 28 Agustus 2010

Membangun Tempat Tinggal di Surga

Sebuah kisah tentang seorang ibu yang selama hidupnya berenang dalam gaya hidup yang mewah. Ia memiliki sebuah rumah yang besar, para pembantu yang banyak, mobil yang tidak hanya nampak indah tetapi juga mahal. Ia sungguh menikmati hidupnya.

Kendatipun ia begitu kaya, pada akhirnya ia meninggal juga. Ketika tiba di gerbang surga, ia dihantar oleh seorang malaekat menuju rumah penginapannya yang abadi di surga. Mereka melewati istana megah, indah dan mewah. Wanita tersebut berpikir bahwa rumah tersebutlah yang akan menjadi tempat di mana ia akan menikmati kebahagiaan abadi di surga. Namun di luar dugaannya, sang malaekat membawanya melewati istana tersebut. Sang wanita mulai berkhayal bahwa sebuah rumah lain yang lebih indah dan mewah dari istana ini sedang menanti dirinya.

Anehnya, mereka kini telah meninggalkan jalan utama yang besar dan memasuki sebuah lorong yang kecil dan pengap. Rumah-rumah di sekitar tempat ini nampak kecil dan amat sederhana. Namun perjalanan mereka masih belum berhenti di tempat ini. Sang malaekat masih membawanya meninggalkan jalan kecil ini memasuki gang sempit dan penuh lumpur. Akhirnya mereka tiba di ujung gang tersebut, di sebuah gubuk reyot yang amat kotor. Bau pengap kini menusuk hidung.

"Inilah tempat kediamanmu yang abadi di surga ini. Engkau akan menetap di sini sampai selama-lamanya." Kata sang malaekat itu.

"Tidak mungkin... Tidak mungkin saya bisa hidup di tempat seperti ini." Demikian protes sang perempuan tersebut. "Apakah anda tidak keliru membawa saya ke tempat ini?"

Dengan tenang dan penuh ramah sang malaekat berkata, "Kami hanya bisa membangun tempat penginapan di surga sesuai dengan berapa besar dana yang dikirimkan selama seseorang masih hidup di dunia. Dana yang anda kirimkan selama anda masih hidup di dunia hanya bisa dipakai untuk membangun gubuk sederhana ini. Terimalah, inilah satu-satunya harta kekayaanmu di surga."
-------------
Hidup kita yang singkat di dunia ini akan menentukan kehidupan kita kelak yang abadi nan kekal. Mari kita mengumpulkan harta di surga selagi masih berada di dunia ini.

"Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Luk 12:33-34)

baca selanjutnya...

Senin, 23 Agustus 2010

Mengapa Hosti Bentuknya Bundar?

MENGAPA HOSTI BENTUKNYA BUNDAR?

Kadang-kadang kita menerima Komuni Kudus apa adanya. Kita maju untuk menerima hosti putih tanpa sungguh-sungguh berpikir tentangnya. Karena iman, kita percaya bahwa hosti yang kita terima itu adalah Tubuh Kristus, tetapi pernahkah kalian berpikir tentang hosti yang kalian terima itu? Misalnya saja, mengapa bentuknya bundar?

Sebenarnya hosti tidak harus berbentuk bundar atau pun bentuk khusus lainnya. Sebagian Imam Katolik Roma menggunakan roti altar yang besar dan memecah-mecahkannya sehingga potongan-potongannya memiliki bentuk serta ukuran yang tidak beraturan. Sebagian imam lainnya menggu-nakan roti yang dipotong-potong berbentuk kubus sebagai hosti.

Namun demikian, pada umumnya Gereja Katolik menggunakan hosti yang bentuknya bundar karena dua alasan:
1. Lebih mudah ditelan.
2. Bentuknya yang bundar serupa dengan bentuk roti tradisional yang biasa dibuat di tanah kelahiran Yesus.

Mungkin kalian tahu roti Syrian atau roti "pita". Pita berasal dari bahasa Arab yang artinya bundar (kata 'pizza' juga berasal dari kata ini). Jadi hosti dibuat bentuknya bundar untuk mengingatkan kita akan roti yang dipakai oleh Yesus. Lain kali saat kalian menerima komuni, pandanglah hosti yang kalian terima baik-baik. Mungkin kalian menemukan hal-hal baru lainnya di sana.

sumber : Romo Richard Lonsdale;
Catholic1 Publishing Company;
www.catholic1.com

baca selanjutnya...

Minggu, 22 Agustus 2010

Apa itu "Misteri Ekaristi"?

APA ITU MISTERI EKARISTI?

Yesus hadir di dunia sekarang ini dengan berbagai cara, tetapi Ekaristi adalah saat di mana Yesus hadir secara paling istimewa. Saat Misa, imam mengucapkan doa khusus yang merupakan pengulangan kata-kata Yesus pada Perjamuan Malam Terakhir bersama dengan para murid-Nya, "Inilah Tubuh-Ku. Inilah Darah-Ku."

Dengan kuasa Allah, Yesus hadir dalam Ekaristi saat imam mengucapkan kata-kata tersebut. Meskipun yang kita lihat hanyalah sepotong hosti putih yang kecil, yang bentuknya seperti roti dan rasanya juga seperti roti, namun demikian sejak saat konsekrasi (saat imam mengucapkan doa tersebut) hosti bukan lagi roti, melainkan Tubuh dan Darah Yesus yang hadir dalam Ekaristi. Yah, memang sulit untuk memahaminya - malahan, rasanya tidak mungkin membayangkannya.

Namun, itulah kebenaran yang disampaikan Yesus kepada kita, dan kita percaya pada-Nya. Banyak orang yang mempunyai pengalaman yang menakjubkan mengenai kehadiran Yesus saat mereka menerima Ekaristi dalam Komuni Kudus. Yesus mengasihi kita dan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Ia ingin senantiasa bersama-sama kita sampai akhir jaman.

Sebaliknya, Ia pun berharap kita mau membalas kasih-Nya. Yesus menantikan balasan cinta kita kepada-Nya dalam Ekaristi. Kita dapat mengatakan pada-Nya bahwa kita mencitai-Nya ketika kita menerima Komuni Kudus dan ketika kita berdoa kepada-Nya kapan pun juga.

sumber : My Friend; St. Thomas Corner;
www.daughtersofstpaul.com/myfriend

baca selanjutnya...

Jumat, 06 Agustus 2010

Serba-serbi Liturgi

oleh: Romo William P. Saunders *
Berikut ini beberapa pertanyaan singkat yang disampaikan kepada Straight Answers. Semua kutipan yang ada dalam jawaban diambil dari Pedoman Umum Misale Romawi, kecuali jika dinyatakan sebaliknya.

Mengapa imam mencium altar?
Altar melambangkan Kristus, yang seperti kita doakan dalam Prefasi Paskah V “menyatakan Diri sebagai imam, altar, dan anak domba yang dikurbankan.” Di samping itu, seturut tradisi, relikui orang kudus ditempatkan di altar, yang menjadikan altar layak mendapat penghormat-an yang demikian. (catatan, “Hendaknya dipertahankan tradisi Gereja untuk memasang relikui orang kudus, yang juga bukan martir, di dalam atau di bawah altar yang akan didedikasikan” no. 322).

Bilamanakah imam mempergunakan pedupaan?
Imam dapat mendupai salib dan altar sesudah melakukan peng-hormatan pada awal Misa (no. 49, no. 123), Kitab Injil sebelum diwarta-kan (no. 134), roti dan anggur yang telah dicampur dengan air setelah doa persembahan dan salib serta altar (no. 75, 144); imam sendiri karena pelayanan kudus yang ia sandang, dan umat karena martabat luhur yang mereka peroleh lewat pembaptisan dapat juga didupai oleh diakon atau pelayan lain (no. 75).

Dalam Masa Paskah, lilin paskah dapat juga didupai. Sejak jaman Perjanjian Lama, dupa telah dipergunakan untuk menyucikan kurban dan altar, serta mengusir segala bentuk kuasa jahat. Lagipula, seperti diwartakan dalam Mazmur, dupa melambangkan doa-doa kita yang membubung ke surga.

Apakah imam wajib menggunakan kain penutup piala?
Sesuai tradisi, piala dan patena ditutup dengan kain penutup piala (= palla) sebelum perayaan Misa dimulai. Pedoman Umum menyatakan, “Sangat dianjurkan agar piala ditutup dengan kain; warnanya dapat putih atau sesuai dengan warna liturgi hari yang bersangkutan” (no. 118). Kain penutup ini dilepaskan pada saat persembahan. Setelah dibersihkan sesudah Komuni, piala dan patena ditutup dengan kain penutup kembali. Namun demikian, penggunaan kain penutup piala ini merupakan tradisi, bukan wajib.

Apakah imam wajib membasuh tangannya saat persembahan?
Ya. Imam, setelah doa-doa persembahan atas roti dan anggur yang telah dicampur dengan air, membasuh tangannya dengan mengatakan, “Tuhan, basuhlah aku dari dosa-dosaku dan cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku.” Ritus ini melambangkan bahwa imam menginginkan hati yang bersih sementara ia mempersembahkan Kurban Kudus Misa. (no. 76)

Mengapa imam menuangkan sedikit air ke dalam anggur dalam piala?
Sementara imam (atau diakon) menuangkan sedikit air ke dalam anggur dalam piala, ia berdoa, “Dengan misteri air dan anggur ini, semoga kita beroleh bagian dalam keilahian Kristus, yang menghambakan Diri untuk ambil bagian dalam kemanusiaan kita.” Oleh sebab itu, tindakan ini melambangkan persekutuan hypostatic antara keilahian Kristus dan kemanusian kita.

Dalam misteri inkarnasi, Yesus Kristus, sungguh Allah, menjadi sungguh manusia. Ingat juga bahwa dalam peristiwa salib, prajurit Romawi menikamkan tombaknya ke lambung Yesus, menembus Hati Kudus-Nya, dan dari luka-Nya mengalirlah Darah dan Air (bdk Yoh 19:34). Karena itu, rahmat keselamatan dari inkarnasi, sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus menyentuh hidup umat beriman dan secara istimewa dianugerahkan melalui Ekariti Kudus. Melalui Ekaristi Kudus, umat beriman beroleh bagian dalam hidup ilahi dan kasih Kristus yang menjadi manusia demi keselamatan kita.

St. Siprianus juga mengatakan bahwa air melambangkan Gereja (umat beriman) yang ditarik ke dalam kehidupan Kristus. Seperti Yesus mempersembahkan kurban-Nya demi dosa-dosa kita dengan mencurah-kan Darah-Nya, demikian juga kita dipersatukan dengan Dia dalam kurban-Nya secara tak terpisahkan bagai air dan anggur.

Mengapa imam memasukkan secuil Hosti Kudus ke dalam piala pada saat Anak Domba Allah?
Sementara imam memasukkan potongan Hosti kudus ke dalam piala, imam berdoa, “Semoga percampuran Tubuh dan Darah Tuhan kita Yesus Kristus memberi kita kehidupan kekal.” Jadi, gerakan ini melambangkan kesatuan Sakramen: Tubuh, Darah, Jiwa dan KeAllahan Yesus sungguh benar dan sepenuhnya hadir, baik dalam Darah Mahasuci dalam piala maupun dalam Hosti Kudus di patena.

Apakah imam wajib mengenakan kasula?
“Busana khusus bagi imam selebran dalam Misa ialah “kasula” atau planeta. Begitu pula dalam perayaan liturgi lainnya yang langsung berhubungan dengan Misa, kecuali kalau ada peraturan lain. Kasula dipakai di atas alba dan stola” (no. 337).

Bilamanakah lonceng altar dibunyikan?
Sesudah imam mengucapkan kata-kata konsekrasi, lonceng altar dapat dibunyikan sementara imam mengunjukkan Hosti Kudus dan dibunyikan lagi saat imam mengunjukkan piala Darah Mahasuci. Lonceng altar dapat juga dibunyikan “sesaat sebelum konsekrasi,” biasanya pada saat epiklesis (No. 150).

* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls
and a professor of catechetics and theology
at Notre Dame Graduate School in Alexandria.

sumber : “Straight Answers: A Liturgical Potpouri”
by Fr. William P. Saunders;
Arlington Catholic Herald, Inc;
Copyright ©2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

Disesuaikan dengan buku “Pedoman Umum Misale Romawi”,
diterjemahkan oleh Komisi Liturgi KWI
dari Institutio Generalis Missalis Romani, editio typica tertia 2000,
diberi approbatio oleh Konferensi Waligereja Indonesia,
dalam sidang 23-26 April 2002.

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas
dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya
atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

baca selanjutnya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP