Senin, 25 Februari 2013

Jumat Agung : Memahami Tata Perayaannya

Hari Jumat Agung, hari mengenangkan wafat Tuhan Yesus Kristus di kayu salib. Pada hari Jumat Agung, Gereja tidak merayakan Ekaristi. Mengapa ? Kita tahu bahwa Ekaristi merupakan sakramen Paskah Kristus, sakramen keselamatan. Artinya dalam Ekaristi Gereja mengenangkan/merayakan wafat dan kebangkitan Kristus yang menyelamatkan manusia dari dosa dan maut. Pada hal, pada hari Jumat Agung adalah hari dimana Gereja mengenangkan Wafat Kristus. Sedangkan kebangkitanNya akan dikenangkan/dirayakan dengan meriah pada hari Paskah raya. Pada hari Jumat Agung Gereja larut dalam suasana ‘kesedihan’ karena wafat Kristus ini.

Namun demikian, tata perayaan Jumat Agung dan tata perayaan Ekaristi tidak jauh berbeda, keduanya mempunyai makna yang hampir sama. Mari kita lihat pola urutannya dengan membandingkan keterkaitannya dengan pola urutan Ekaristi.

baca selanjutnya...

Minggu, 24 Februari 2013

Janur pada Minggu Palma?

Sebentar lagi, kita akan merayakan hari Minggu Palma. Menurut kebiasaan liturgis, pada hari ini disiapkan daun palma untuk diberkati dan digunakan oleh umat dalam perarakan menuju gereja untuk merayakan Ekaristi. Daun palma yang dipegang umat itu dapat dilambai-lambaikan sambil menyanyikan lagu-lagu yang mengenangkan sorak-sorai khalayak ramai menyambut kedatangan Yesus di atas seekor keledai hendak memasuki kota Yerusalem sebagai raja damai. Apakah daun palma adalah satu satunya yang dapat digunakan untuk ritus pemberkatan dan perarakan? Apakah bisa digunakan daun selain palma, misalnya janur, atau ranting-ranting pohon lain?

Sebenarnya dalam Kitab-Kitab Injil terdapat variasi cerita tentang Yesus dielu-elukan oleh para murid atau orang banyak ketika masuk kota Yerusalem. Variasi itu nampak antara lain dalam bahan yang digunakan orang banyak untuk mengelu-elukan Yesus. Coba kita perhatikan:

Mt 21:8 “Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan”.

Mrk 11:8 “Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang”.

baca selanjutnya...

Minggu, 17 Februari 2013

Mengapa Disebut “Rabu Abu”?

Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaska, yang menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paska. Angka “40″ selalu mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan. Misalnya, Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (lih. Kel 34:28), demikian pula Nabi Elia (lih. 1 raj 19:8). Tuhan Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya (lih. Mat 4:2).

1. Mengapa hari Rabu?

Nah, Gereja Katolik menerapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).

baca selanjutnya...

Minggu, 10 Februari 2013

Sejarah Jalan Salib

Ibadat Jalan Salib pada awal mulanya merupakan tradisi rohani yang hanya ada di Yerusalem dan daerah sekitarnya. Baru pada abad ke-12 mulai masuk ke dunia barat, dibawa oleh ksatria Perang Salib. Mereka menjelajah dan mengenal kota-kota suci yang telah dikuduskan oleh penderitaan dan kematian Yesus, lalu membawa tradisi ini kembali ke tanah air mereka.

Hampir semua Gereja didunia Barat, teristimewa pada masa Prapaskah, penderitaan dan wafat Yesus Kristus diperingati secara khusus. Orang kristen mengenang dan merenungkan kembali waktu itu dimana terpentas peritiwa sejarah yang paling berarti, yang membawa pembebasan kepada umat manusia sekaligus memberi suatu arah baru kepada kehidupan.

baca selanjutnya...

Minggu, 03 Februari 2013

Mengenal Busana Liturgi Uskup

Yang dimaksud busana liturgi uskup dalam hal ini adalah busana yang dikenakan uskup saat upacara-upacara liturgi, termasuk di antaranya Misa, Ibadat Harian dan berbagai kesempatan memberikan sakramen dan sakramental.

Selain busana liturgi, uskup juga mempunyai busana resmi dan busana sehari-hari, yang dikenakan dalam acara-acara yang bukan upacara liturgi. Contohnya, saat menerima tamu, menghadiri berbagai rapat dan undangan, dan termasuk juga menghadiri wisuda universitas Katolik.

baca selanjutnya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP