Minggu, 17 Maret 2013

MALAM PASKAH: Simbolisme Cahaya dan Lilin Paskah

Print Friendly and PDF

Kristus dahulu dan sekarang,
awal dan akhir, alpha dan omega.
MilikNyalah segala masa dan segala abad,
kepadaNyalah kemuliaan dan kekuasaan
untuk selama-lamanya.

Pada Malam Paskah ini ada suatu kebutuhan dari setiap kita yang merayakan Malam Vigili Paskah adalah lilin. Mungkin setiap kita sibuk mencari lilin. Toko-toko penjual lilin laris manis. Kelompok Mudika atau Legio Maria, Putra Altar dan Putri Sakristi pada sibuk menyiapkan lilin bagi umat beriman yang datang merayakan Hari raya Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Memang dalam tradisi Liturgi Gereja Katolik perayaan Malam Paskah diawali dengan upacara cahaya. Tuhan Yesus yang bangkit dari kuburNya merupakan cahaya yang menerangi kegelapan dan kekelaman dunia ; maut dan dosa dikalahkan, dunia dilimpahi kasih dan keselamatan Allah. Dunia bergema dengan sorak sorai : « Kristus Cahaya Dunia », « Syukur Kepada Allah ».

Simbol Kebangkitan Kristus
Gereja dalam tradisi liturginya telah menggunakan Lilin sejak abad IV, terutama lilin putih besar yang dihiasi dengan goresan salib berwarna merah.
Lilin Paskah merupakan symbol cahaya Kristus yang bangkit. Hal ini terutama dalam kata-kata imam ketika menyalakan lilin Paskah dengan mengucapkan : « Semoga Cahaya Kristus yang bangkit mulia menghalau kegelapan hati dan budi kita ». Ketika Lilin Paskah diarak masuk ke dalam gereja, Gereja dalam keadaan gelap, dan cahaya lilin Paskah ini mulai memberi terang dalam kegelapan. Memang, sesungguhnya terang kebangkitan Kristus memberi cahaya untuk menerangi kegelapan hidup kita, bahkan mencerahkan dan mengubah hidup yang suram.
Cahaya Lilin Paskah ini kemudian diedarkan ke tengah umat beriman dengan saling menyalakan lilin-lilinnya di tangan, sebagai simbol saling berbagi terang kebangkitan Kristus dan cinta kasih Allah yang menyelamatkan.

Tulisan atau goresan pada Lilin Paskah

Ketika upacara pemberkatan Lilin Paskah, imam mengoreskan tanda-tanda pada Lilin Paskah :

* Imam mengoreskan (menulis) tanda salib, dari atas ke bawah – kiri ke kanan; kemudian dia mengoreskan abjad yunani Alpha di bagian atas dan abjad Omega di bagian bawah, seraya mengucapkan : “Kristus dahulu dan sekarang; Awal dan Akhir – Alpha dan Omega”. Jadi ada tindakan yang disertai kata-kata ini menunjukkan bahwa Kristus adalah awal dan akhir dari segala sesuatu. Kita ingat dalam prolog Injil Yohanes, di situ dikatakan: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh 1, 1). Dan sungguh, Firman Allah itu adalah Yesus Kristus. Dan masih tetap menurut St. Yohanes dalam Kitab Wahyu, di situ dikatakan : « Ya, Aku datang segera!” Amin, datanglah, Tuhan Yesus! » (Why 22, 20), yang merupakan kalimat terakhir dari Alkitab, dan yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus kita nantikan kedatanganNya pada akhir jaman, sebagaimana kita ucapkan dalam credo atau pengakuan iman kita.

* Di ke empat sudut dari salib itu digoreskan angka tahun yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan atas waktu dan sejarah. « MilikNyalah segala masa dan segala abad. KepadaNyalah kemuliaan dan kekuasaan sepanjang segala masa. »

* Pada bagian tengah dan keempat ujung dari tanda salib itu, imam menancapkan biji-biji dupa sebagai tanda dari 5 luka-luka Yesus, seraya berkata : « Demi luka-lukaNya yang kudus dan mulia, semoga kitapun dilindungi dan dipelihara oleh Kristus Tuhan. Amin. »

Exultet
Setelah uapacara pemberkatan api baru, pemberkatan dan penyalaan Lilin Paskah, menyusul perarakan masuk ke dalam gereja dengan tiga kali aklamasi « Kristus Cahaya Dunia » – « Syukur kepada Allah ». Pada aklamasi kedua, lilin-lilin misdinar dinyalakan dari nyala Lilin Paskah ; dan pada aklamasi ketiga nyala Lilin Paskah diteruskan ke umat oleh misdinar dan umatpun saling berbagi nayala api Lilin Paskah Kristus. Kemudian menyusul Exultet atau Pujian Paskah, yang merupakan pemakluman Paskah Kristus secara meriah, sekaligus menyimpulkan bagian pertama perayaan Malam Paskah, perayaan cahaya Kristus yang bangkit jaya.

Cahaya Sejati adalah Tuhan
Istilah « terang » atau « cahaya » banyak terdapat dalam ayat-ayat Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, seperti dalam kisah penciptaan, pada saat dimana Allah menuntun umat pilihanNya dari perbudakan Mesir dalam terang tiang awan, juga ada dalam kitab mazmur, dsb.

Perjanjian Baru menjelaskan makna cahaya menunjuk kepada Yesus sebagai Terang Dunia.

* Pada kelahiran Yesus : « Bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang » (Mat 4, 16).
* Pada saat Yesus dipersembahkan di Bait Allah : Simeon berseru bahwa Yesus adalah terang bagi bangsa-bangsa : « Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel. » (Luk 2, 29 – 32).
* Pada peristiwa transfigurasi di Gunung Tabor : « Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. » (Mat 17, 2).
* Yesus disebut sebagai terang sejati: “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.” (Yoh 1, 4-9).
* Yesus berkata bahwa Dia adalah terang yang sesungguhnya : “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh 8, 12).
* Dan kita yang telah mengikuti Yesus menjadi terang dunia : “Kamu adalah terang dunia. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang.” (Mat 5, 14. 16).

Terang dalam Liturgi
Konon pada jaman Romawi kuno, para kaisar dikelilingi oleh orang yang membawa obor untuk menunjukkan kehadirannya di tengah rakyat. Kekristenan awal mengadopsi ide ini bukan untuk menunjukkan dan menghormati kaisar tetapi menunjukkan Raja segala raja, Raja alam semesta adalah Tuhan Yesus Kristus.
Dalam kumpulan catatan liturgi kuno ditemukan sebuah ungkapan ini : « Kita tidak perna merayakan Misa tanpa cahaya (lilin) ; hal ini bukan bukan untuk mengusir kegelapan tetapi untuk memuliakan Sang Cahaya sejati, yakni Kristus Yesus, Sakramen keselamatan yang hadir di altar, tanpa Dia, kita berada dalam kegelapan malam » (Bernold Konstanz dalam Micrologue, tahun 1085).

Fungsi Cahaya dalam Liturgi
Secara historis: untuk menunjukkan benda atau obyek yang bersangkutan :
* Altar dalam katakombe dan dalam Basilika pada awal kekristenan.
* Salib perarakan (dalam prosesi salib diapiti lilin bernyala)

Secara simbolik: menghormati tanda-tanda kehadiran Yesus Kristus, Terang Dunia, yang hadir dan tinggal di tengah-tengah umat beriman. Dengan demikian, cahaya lilin atau lampu menjadi tanda kehadiran Kristus dalam GerejaNya, yakni :
* Yesus hadir dalam roti dan anggur yang telah dikonsekrir.
* Altar yang menghadirkan pengorbanan diri Yesus Kristus di altar salib.
* Salib perarakan.
* Perarakan Evangeliarium (menjelang pembacaan Injil) dan saat bacaan Injil, karena Yesus adalah Sabda Allah.

Mengapa Menyalakan Lilin?
Lilin adalah simbol terang / cahaya. Dalam ritual keagamaan, lilin banyak digunakan untuk mengingatkan setiap orang akan cahaya ; dan cahaya itu merupakan sesuatu yang berguna untuk menerangi kegelapan dan sekaligus cahaya itu bisa menjadi hal yang riskan dan rapuh, maka perlu diberi perhatian terus menerus.
Selama nyala dari suatu lilin dapat diedarkan dan diperbanyak, ia dapat digunakan sebagai simbol memberi semangat, maka dari itu juga dalam iman cahaya itu adalah simbol iman.
Di tabernakel, lampu (lilin) merupakan simbol kehadiran Allah. Selain itu, ketika kita menyalakan lilin di gereja, atau di depan patung, atau di tempat-tempat ziarah ataupun di kuburan dari keluarga yang telah meninggal, cahaya lilin merupakan simbol doa.

Lilin Babtis dan Pembaharuan Janji Babtis
“Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” (Efesus 5, 14) Selain air, lilin merupakan simbol terpenting dalam pembabtisan (inisiasi Kristen). Hal ini mengungkapkan bahwa Kristus adalah terang dunia, kini diterima oleh orang yang dibabtis dan hidup dalam cahaya Kristus. Bukan hanya itu, ia juga menjadi terang bagi sesama di sekitarnya, yang mungkin saja terkadang redup tertiup angin dan gelombang kehidupan, namun nyalanya tetap membara dan tak terpadamkan, karena sumbernya dari Kristus, Sang Terang sejati. Maka dengan nyala lilin di tangan yang diambil dari Lilin Paskah Kristus, kita membaharui janji-janji babtis untuk tetap hidup dalam Terang Kristus dan menjadi cahaya yang tak terpadamkan bagi sesama di sekitar kita.
Semoga,
Selamat Paskah, Tuhan memberkati !!

(sumber: http://www.liturgiekaristi.wordpress.com)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP