Sabtu, 08 Januari 2011

Homili Ibadat Syukur atas Baptisan

Print Friendly and PDF

Bacaan : Kolose 3 : 5-17
Injil : Yohanes 4 : 31-38


Hari ini kita mendengarkan bacaan Injil tentang pembaptisan Yesus. Walaupun Pembaptisan Yesus tidak sama artinya dengan pembaptisan kita, namun kita juga punya pengalaman dibaptis. Ketika saya dibaptis, saya tidak mengerti apa makna baptisan saya, dan hal ini wajar karena saya dibaptis ketika masih anak-anak. Ketika itu, saya bahkan sempat membuat seluruh gereja tertawa karena saya menyeka rambut saya agar air yang masih tersisa segera turun. Saya membutuhkan waktu sangat lama untuk kemudian menyadari makna baptisan saya dan kemudian mulai berusaha menghayatinya. Dan sampai hari ini pun saya seringkali gagal menghayati makna baptisan saya.

Ketika Yesus dibaptis, terdengarlah suara Bapa “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Saya kira hal yang sama juga terjadi pada saat kita dibaptis, yaitu Allah mengatakan kepada kita “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Pada zaman Yesus hidup, Yohanes Pembaptis membaptis orang-orang sebagai tanda pertobatan, dan Yesus, sang Anak Allah, yang tidak membutuhkan pertobatan ini bersedia dibaptis semata-mata untuk menunjukkan kepada kita bahwa pertobatan adalah jalan hidup yang dikehendaki Allah agar kita menjadi anak-anak-Nya.

Kita seringkali memaknai pertobatan sebagai penyesalan atas dosa-dosa dan niat untuk tidak mengulanginya lagi. Tetapi ini hanya sebagian saja dari pertobatan. Sekedar menyesal dan tidak berniat mengulanginya tidaklah cukup. Lihatlah Yudas Iskariot, ia pun menyesal sungguh-sungguh atas tindakannya dan ia pun tidak ingin mengulanginya lagi. Tetapi dia mati gantung diri dan tertolak selamanya. Apakah yang kurang pada diri Yudas? Hanya satu hal yang kurang, yaitu ia tidak mau kembali kepada Allah. Maka, pertobatan adalah kembali kepada Allah. Percuma saja jika kita meninggalkan yang jahat namun tidak kembali kepada Allah. Jika kita menyesali dosa kita sungguh-sungguh dan berniat tidak mengulanginya lagi, namun enggan kembali kepada Allah maka kita akan menjadi Yudas Iskariot yang baru. Maka dalam baptisan Yesus terdengarlah suara “Inilah Anak-Ku”, Allah memanggil kita untuk memiliki hubungan yang intim dengan-Nya, yang dalam Injil digambarkan sebagai hubungan ayah dan anak.

Maka pada pesta pembaptisan Tuhan ini, kita diajak untuk memperbarui hubungan kita dengan Allah, untuk mempererat hubungan kita dengan-Nya supaya kita dapat hidup seperti Yesus hidup. Yesus ini sendiri mengatakan bahwa makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa (Yoh 4:34). Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang Yesus perbuat, Ia lakukan dalam persatuan dengan Bapa-Nya. Inilah tujuan akhir dari pembaptisan kita, supaya kita hidup dalam persatuan dengan Allah dan apapun yang kita lakukan, kita lakukan untuk Dia (Kol 3:17). Semoga kita juga menjadi anak-anak yang dikasihi Allah, yang kepada kita Ia berkenan.

Sumber : http://way-perfection.blogspot.com/

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP